SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 13
Downloaden Sie, um offline zu lesen
F. KESETIMBANGAN,
DINAMIKA ROTASI
DAN TITIK BERAT
KESETIMBANGAN
Teori Singkat :
Terdapat bermacam-macam pembagian ke
setimbangan menurut kelompoknya yakni :
1. Berdasar posisi benda :
a. Diam (setimbang statik)
b. Bergerak lurus beraturan (GLB) dengan
kecepatan konstan atau bergerak
melingkar beraturan (GMB) dengan
kecepatan sudut konstan (setimbang
dinamik)
• Akibat pernyataan pertama benda
setimbang juga harus memenuhi
syarat :
a. ∑ F = 0 (setimbang translasi)
b. ∑ τ = 0 (setimbang rotasi)
2. Berdasar keadaan benda :
a. Kesetimbangan partikel dengan syarat :
∑ F = 0
Ciri-ciri : Terdapat perpotongan titik-titik
gaya. Biasanya berkaitan dengan gaya
tegang suatu tali
Penyelesaian :
1. Pada perpotongan garis gaya buatlah
koordinat sumbu x dan Y (koordinat
kartesius), kemudian proyeksikan gaya
gaya pada masing-masing sumbu, lalu
hitung gaya-gaya pada sumbu x dan y
melalui ∑ Fx = 0 dan ∑ Fy = 0 (lihat
konsep metode menguraikan vektor)
2. Menggunakan penguraian gaya
melalui dalil sinus sebagaimana
berikut :
C B
α
β γ
A
b. Kesetimbangan benda tegar dengan syarat
∑ F = 0 dan ∑ τ = 0
Ciri-ciri : Terdapat ciri-ciri fisik benda
tegar seperti adanya bentuk benda dan pan
jang benda. Adapun benda tegar adalah
benda yang apabila dikenai gaya, baik
bentuk dan volumenya tidak mengalami
perubahan seperti : kayu, besi, batu dan
lain sebagainya
Penyelesaian :
1. Pilihlah selalu pusat momen (titik)
dimana banyak bekerja gaya-gaya
yang tidak diketahui, tetapi gaya-gaya
tersebut tidak ditanyakan dalam soal,
sehingga momen gayanya sama
dengan nol
2. Penyelesaian kesetimbangan benda
tegar terkadang cukup menggunakan
satu syarat yakni ∑ τ = 0
3. Berdasar titik beratnya :
a. Kesetimbangan Stabil → Kesetimbangan
benda jika dikenai gaya, maka posisi
benda akan kembali ke posisi semula.
Cirinya kedudukan titik berat benda akan
naik bila dikenai gaya
contoh :
F
(1) (2)
b. Kesetimbangan Labil → Kesetimbangan
benda jika dikenai gaya, maka posisi
benda tidak akan kembali ke posisi
semula. Cirinya kedudukan titik berat
benda akan turun bila dikenai gaya
contoh :
F
(1) (2)
c.Kesetimbangan Indeferen → Kesetim
bangan benda jika dikenai gaya, maka
posisi benda akan tetap pada posisi
semula. Cirinya kedudukan titik berat
benda akan tetap bila dikenai gaya
contoh :
F
(1) (2)
=====O0O=====
γβα sin
C
sin
B
sin
A
==
DINAMIKA ROTASI
Momen Gaya :
1. Momen gaya di suatu titik adalah besar
gaya tersebut dikalikan dengan lengan
gaya terhadap titik tersebut
F
R
•) Arah gaya memutar searah jarum jam
bernilai negatif
•) Arah gaya memutar berlawanan arah
jarum jam bernilai positif
Catatan :
Ketentuan arah putar ini terdapat
perbedaan pada beberapa buku referensi.
Ada yang memberi kaidah berkebalikan
dari ketentuan diatas dan semuanya bisa
dipilih.
2. Untuk R dan F yang berbentuk vektor,
maka dapat diselesaikan dengan
menggunakan matriks dengan aturan
sebagai berikut :
Misal : R = A i + B j + C k
F = D i + E j + F k
Maka τ = ?
τ = R x F
i j k
τ = A B C
D E F
τ = i (BF – EC) – j (AF – CD) +
k (AE – BD)
3. Momen kopel adalah pasangan dua
buah gaya yang sejajar, sama besar dan
berlawanan arah
F
d
F
•) Arah gaya memutar searah jarum jam
bernilai negatif
•) Arah gaya memutar berlawanan arah
jarum jam bernilai positif
4. Penyelesaian resultan gaya dan letaknya
di suatu titik pada suatu garis lurus
dapat ditentukan dengan menghitung
jumlah momen gaya di titik tersebut
pada garis itu (∑ τ = 0), dengan aturan
penentuan resultan gaya atau resultan
jarak tersebut diacukan ke salah satu
gaya atau jarak tertentu.
Perhatikan contoh-contoh soal berikut :
1. Mencari Resultan Gaya :
A a C b B
FA W FB
Mencari resultan gaya pada titik A
(Ambil ∑ τA = 0)
- W (a) + FB (a + b) = 0
Dengan cara yang sama ∑ τB = 0
2. Mencari Jarak Resultan Gaya :
L
x L - x
FA R FB
Mencari jarak resultan gaya pada
pada titik R sejauh x dari titik B :
(∑ τR = 0).
FA (x) - FB (L- x) = 0
x (Fa - FB) + FB L = 0
Catatan :
Letak pusat massa batang selalu terletak di
tengah-tengah batang.
Momen Inersia :
Momen Inersia merupakan analogi massa
untuk gerak rotasi. Momen Inersia dibagi
menjadi 2 :
1. Momen Inersia Partikel
τ = R x F
M = d x F
FB = W
ba
a






+
FA = W
ba
b






+
x = L
FF
F
BA
B






+
2. Momen Inersia Benda Tegar
1. Momen Inersia Partikel
Momen inersia partikel didefinisikan
sebagai hasil kali massa partikel
terhadap kuadrat jarak dari titik poros
(titik acuan).
• R m
Jika terdapat banyak partikel dengan
massa masing-masing m1,m2,m3,…dan
mempunyai jarak R1,R2,R3,…terhadap
poros, maka momen inersia totalnya
adalah …
2. Momen Inersia Benda Tegar
Apabila sebuah benda pejal terdiri dari
distribusi massa yang kontinyu, maka
momen inersia benda pejal tersebut
dapat dituliskan sebagai berikut :
Berbagai momen inersia benda tegar
dapat dilihat pada tabel berikut :
Batang Silinder
L L
Poros melalui pusat Poros melalui ujung
Silinder Tipis Berongga
R
Poros melalui sumbu silinder
Silinder Pejal
R
R
L
Poros melalui sumbu Poros melalui titik
tengah sumbu silin
der
Bola Pejal
R R
Poros melalui diameter Poros melalui ujung
Bola Berongga
R
Poros melalui diameter
Lempeng Tipis
a
b
Poros melalui sumbu tegak lurus
b
a
I = m R2
I = Σ mi Ri
2
= m1R1
2
+ m2R2
2
+ m3R3
2
+ …
I = ∫ R2
dm
I = 2
ML
12
1
I = 2
ML
3
1
I = 2
MR
2
RM
2
1
I =
22
ML
12
1
MR
4
1
I +=
2
MR
5
2
I = 2
MR
5
7
I =
2
MR
3
2
I =
( )22
baM
12
1
I +=
Poros seperti pada gambar
Teori Sumbu Paralel
Teori ini digunakan untuk menghitung momen
inersia benda terhadap sembarang sumbu
dengan syarat momen inersia benda terhadap
pusat massa telah diketahui
Dengan d adalah jarak yang diukur dari pusat
massa benda.
Sebagai contoh pada batang silinder telah
diketahui Ipm = 2
ML
12
1
, maka jika kini hendak
dihitung momen inersia batang silinder pada
ujung, dapat diterapkan :
I = Ipm + M d2
dengan d =
2
L
, maka
I = 2
ML
12
1
+ M
4
2
L
= 2
ML
3
1
(terbukti)
Catatan : Secara umum momen inersia dapat
pula dituliskan
Dengan k = konstanta yang nilainya tergantung
pada bendanya, contoh untuk cincin k = 1,
silinder pejal k =
2
1
, bola pejal k =
5
2
dan
sebagainya
Hubungan Gerak Translasi dan Rotasi :
Gerak translasi disebabkan oleh gaya
(F), sedangkan gerak rotasi oleh momen gaya
(τ). Ada 2 kondisi keadaan gerak suatu benda :
1. Benda Meluncur
2. Benda Menggelinding
Berikut ini tabel perbandingan gerak translasi
dan rotasi
APLIKASI KESETIMBANGAN
1. Batang bersandar pada dinding
A
(kasar)
B (kasar)
Gaya–gaya yang bekerja pada benda
dapat diuraikan sebagai berikut :
fA
A NA
NB
α
fB B
W
Jika diambil ∑ F = 0 dan panjang batang
AB = L maka di dapat :
∑ Fx = 0 → NA = fB
NA = µB NB............................(1)
∑ Fy = 0 → fA + NB = W
µA NA + NB = W.....................(2)
Masukkan (1) ke (2), maka di dapat :
µA (µB NB) + NB = W..................(3)
Ambil syarat ∑ τB = 0, maka diperoleh :
- fA(L cos α) - NA (Lsin α) + W (½Lcos α) = 0
µA NA cos α + NA sin α =
2
W
cos α ......(4)
Masukkan (1) dan (3) ke (4), di dapat :
µA µB NB cos α + µB NB sin α =
Gerak Translasi Gerak Rotasi Hubungan
Pergeseran
Linear
S Pergeseran
Sudut
θ S = θθθθ R
Kecepatan
Linear
V Kecepatan
Sudut
ω V = ωωωω R
Percepatan
Linear
a Percepatan
Sudut
α a = αααα R
Kelemba
man
Translasi
(massa)
m Kelembaman
Rotasi
(momen
inersia)
I I = ΣΣΣΣ m R2
Gaya F Momen
Gaya
τ ττττ = F R
Energi
Kinetik
EK = 1/2
mV2
Energi
Kinetik
EK =
1/2 I ω2
-----
Daya P = F V Daya P = τ ω -----
Momentum
Linear
P = m V Momentum
Sudut
L = I ω -----
2
aM
12
1
I =
I = Ipm + M d2
Σ F ≠ 0 dan Σ τ = 0
Σ F ≠ 0 dan Σ τ ≠ 0
I = k MR2
2
1
(µAµB NB + NB) cos α
⇔
2
1
µA µB cosα + µB sin α =
2
1
cos α
Kalikan 2 dan bagi dengan cos α, di peroleh :
µB (µA+ 2 tan α) = 1
2. Katrol bergerak
Tinjau kembali kasus hukum II Newton,
namun sekarang katrol ikut bergerak. Andai
katrol dianggap berbentuk silinder pejal (I = 1/2
MR2
) massa katrol M dan jari-jari R
1)
M,R
m1 > m2
a = ?
m1 m2
2) M,R
fges m1 a = ?
m2
3)
M,R
m1 m2 a = ?
f1 f2
m3
4) M,R
a = ?
m1 fges
m2
αααα
5) m2
M,R
f2
m1 f1 a = ?
αααα
Penyelesaian
Cara Biasa :
Ketentuan : * Searah percepatan (a) : +
* Berlawanan percepatan (a) : -
* Tegangan tali T1 ≠ T2
Tinjau soal 1)
1)
M,R
a T1 T2 m1 > m2
m1 m2 a
W1 W2
Tinjau m1 : Σ F = m1 a
W1 - T1 = m1 a → T1 = W1 - m1 a ------(1)
Tinjau m2 : Σ F = m2 a
T2 – W2 = m2 a → T2 = W2 + m2 a -----(2)
Tinjau gerak katrol :
M,R
I = k MR2
a a
T1 T2
Σ τo = I α → (T1-T2) R = k M R2






R
a
T1-T2 = k M a-------------(3)
Masukkan (1), (2) ke (3), maka di dapat :
W1 - m1 a – (W2 + m2 a) = k M a
a ( m1 + m2 + kM) = W1 – W2
Tinjau soal 2)
a
2)
fges m1 T1
T2
a
m2
W2
Tinjau m1 : Σ F = m1 a
T1 - fges = m1 a → T1 = fges + m1 a -----(1)
Tinjau m2 : Σ F = m2 a
µB =
Aµα +tan2
1
a = g
kMmm
mm
21
21






++
−
W2 – T2 = m2 a → T2 = W2 - m2 a -----(2)
Tinjau gerak katrol :
a
M,R
T1
I = k MR2
a
T2
Σ τo = I α → (T2-T1) R = k M R2






R
a
T2-T1 = k M a-------------(3)
Masukkan (1), (2) ke (3), maka di dapat :
W2 - m2 a – (fges + m1 a) = k M a
a ( m1 + m2 + kM) = W2 – fges
Cara Praktis :
Jika diperhatikan hasil penyelesaian soal
1) dan 2) tampak bahwa hasilnya mirip
dengan penyelesaian hukum II Newton
pada katrol tidak bergerak, namun pada
penyebut persamaan akhir ditambah kM.
Sehingga dapat disimpulkan sebagai
berikut :
3. Benda Menggelinding Pada Bidang
Miring
Tinjau benda yang bergerak pada bidang miring
sebagai berikut :
h
α
Pertanyaan : a) Berapa nilai kelajuan sampai di
dasar ?
b) Berapa percepatan benda ?
Jawab :
a) 1
h
α 2
Tinjau keadaan 1 dan 2 : Em1 = Em2
Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2
Dari gambar diketahui Ek1 = 0 dan Ep2 = 0
Sehingga Ep1 = Ek2, karena benda
menggelinding, maka Ek2 = Ektranslasi + Ekrotasi
Jadi mgh =
2
1
m V2
+
2
1
I ω2
mgh =
2
1
m V2
+
2
1
kmR2
2






R
V
2gh = V2
(1 + k)
b)
fges
mg sin α
α
Σ F = m a → mg sin α - fges = ma ---------(1)
Σ τ = I α → fges. R = kmR2
R
a
fges = kma -------------------(2)
Masukkan (2) ke (1), di dapat :
mg sin α - kma = ma
=====O0O=====
Percepatan a katrol bergerak adalah =
percepatan pada katrol tidak bergerak
dengan penyebut ditambah kM
1
2
+
=
k
gh
V
1k
sing
a
+
=
α
a = g
kMmm
mm
21
12








++
− µ
Yo = R x






ABbusur
ABbusurtali
Yo = 2/3 R x






ABbusur
ABbusurtali
TITIK BERAT
Teori Singkat :
Titik berat merupakan resultan titik tangkap
gaya berat
Titik berat benda dibagi menjadi 3 yakni :
A. Titik berat benda bentuk sembarang
B. Titik berat benda bentuk beraturan
C. Titik berat benda beraturan majemuk
A. Titik berat benda bentuk sembarang
Untuk mengetahui titik berat benda tidak
beraturan lakukan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Benda digantung pada ujung A lalu
ditarik garis vertikal (lihat gambar)
2. Lakukan untuk ujung yang lain misal
ujung B
3. Perpotongan kedua garis itu
merupakan titik berat benda tersebut
A B
B. Titik berat benda bentuk beraturan
Secara umum titik berat benda beraturan
terletak pada perpotongan diagonalnya, misal :
1) Persegi panjang 2) Lingkaran
Akan tetapi terdapat persamaan titik berat ben
da-benda yang lebih lengkap sebagai berikut :
1. Titik berat benda homogen berbentuk
garis
1. Garis lurus
2. Busur Lingkaran
3. Busur Setengah
Lingkaran
2. Titik berat bidang homogen berdimensi
dua
1. Segitiga
2. Jajar genjang
Belah ketupat
3. Juring lingkaran
4. Setengah
lingkaran
3. Titik berat benda pejal berdimensi tiga
Nama Benda Gambar Benda Titik berat
1. Prisma Pejal
2. Silinder Pejal
3. Limas Pejal
Beraturan
4. Kerucut Pejal
5. Setengah Bola
Pejal
Yo = 1/2 l
Yo = 1/2 t
Yo = 1/4 t
Yo = 1/4 t
Yo = 3/8 R
Yo = 1/2 l
Yo =
π
R2
Yo = 1/3 t
Yo = 1/2 t
Yo =
π3
R4
Yo = 1/2 R
Yo = 1/3 T'T
Yo = 1/2 t
Yo = 1/2 l
Yo = 1/3 T'T
4. Titik berat benda luasan selimut ruang
1. Kulit Prisma
2. Kulit Silinder
(tanpa tutup)
3. Kulit Limas
4. Kulit Kerucut
5. Kulit Setengah
Bola
C. Titik berat benda beraturan majemuk
Titik berat benda beraturan majemuk
maksudnya titik berat suatu sistem benda
beraturan. Ada 3 komponen sistem ini yakni :
1. Sistem satu dimensi (berupa garis)
2. Sistem dua dimensi (berupa luasan)
3. Sistem tiga dimensi (berupa volume)
Contoh Soal dan Pembahasan :
1. Bila gaya-gaya pada suatu benda adalah
setimbang, maka benda tadi pasti dalam
keadaan diam
sebab
Gaya-gaya yang dalam keadaan setimbang
mempunyai resultan sama dengan nol
Jawaban (salah - benar) → D
2. Koordinat titik berat bidang yang diarsir di
bawah ini adalah ….
y
2
x
2 8
A. (2,6) D. (6,3)
B. (1,4) E. (8,2)
C. (5,1)
Jawaban : C
Apabila diambil perpotongan diagonalnya
diperoleh :
y
2
2 8 x
Z = (5,1)
3. Sumbu kedua roda muka dan sumbu kedua
roda belakang sebuah truk yang bermassa
3000 kg, berjarak 3 m. Pusat massa truk
terletak 2 m di belakang roda muka.
Diandaikan g = 10 m/s2
, beban yang
dipikul oleh kedua roda muka truk itu sama
dengan :
A. 5.000 N D. 20.000 N
B. 10.000 N E. 25.000 N
C. 15.000 N
Jawaban : B
Zx =
...
...lxxx
321
332211
+++
+++
lll
ll
Zy =
...
...lyyy
321
332211
+++
+++
lll
ll
Titik berat Z = (Zx , Zy)
Zx =
...
...Axxx
321
332211
+++
+++
AAA
AA
Zy =
...
...Ayyy
321
332211
+++
+++
AAA
AA
Titik berat Z = (Zx , Zy)
Zx =
...
...Vxxx
321
332211
+++
+++
VVV
VV
Zy =
...
...Vyyy
321
332211
+++
+++
VVV
VV
Titik berat Z = (Zx , Zy)
Student Centre
NA NB
2 m 1 m
W
Gunakan syarat kesetimbangan benda tegar,
yakni ∑ F = 0 dan ∑ τ = 0.
∑ F = 0 → NA + NB = W
NA + NB = 30.000 N ..........(1)
∑ τA = 0 → - W (2) + NB (3) = 0
30000 (2) = 3 NB
NB = 20.000 N……….…(2)
(2) ke (1), didapat NA = 10.000 N
4. Sebuah gaya F = -4i + 2j – 3k berada pada
posisi r = 3i + 2j -5k dari sumbu koordinat,
dengan i,j dan k menyatakan vektor satuan
dalam arah sumbu x,y dan z. Vektor momen
gayanya adalah ...
A. 4i + 29j + 14k
B. 16i + 11j - 2k
C. 4i + 29j + 18k
D. 4i - 29j - 14k
E. -16i - 11j + 2k
Jawaban : A
i j k
τ = 3 2 -5
-4 2 -3
τ = i (-6 + 10) – j (-9 – 20) +
k (6 + 8)
τ = 4i + 29j + 14k
5. Pada gambar terlukis suatu segitiga siku-
siku yang sangat ringan tetapi kuat. di titik
sudutnya ada massa m1, m2 dan m3, masing-
masing 100 gram, 100 gram dan 300 gram.
Jarak m1m2 dan m2m3 masing-masing 40
cm dan 30 cm. Gaya F mengenai tegak
lurus pada kerangka m1m2 dengan jarak x
dari m1. Gaya F sebidang dengan bidang
kerangka. agar titik bergerak translasi murni
(tanpa rotasi), besar x adalah :
m3
m1 m2
F
A. 20 cm D. 8 cm
B. 30 cm E. 12 cm
C. 32 cm
Jawaban : C
L = 40 cm
A C B
FA x F FB
(100) (100 + 300)
∑ τC = 0 → FA (x) – FB (L – x ) = 0
x = L
F+F
F
BA
B
=
x = 32 cm
6. Sebuah papan yang bertuliskan “Student
Centre” terpasang seperti pada gambar di
bawah ini :
300
1/2 m
2 m
Jika diketahui berat papan 150 N dan berat
kawat k dan berat batang b dapat diabaikan
dengan menganggap bahan papan itu
massanya merata di seluruh papan, maka
tegangan kawat k dapat dihitung yang
besarnya adalah :
A. lebih kecil dari 100 N
B. antara 100 N dan 150 N
C. antara 150 N dan 200 N
D. antara 200 N dan 300 N
E. lebih besar dari 300 N
Jawaban : C
B k sin 300
o 300 A
½ m
2m
W
∑ τo = 0 → - W (3/2) + k sin 300
(5/2) = 0
k sin 300
= N150
2/5
2/3
k = 6/5 (150 N) = 180 N
7. Tegangan tali T1 dan T2 jika titik A berada
dalam kesetimbangan adalah …
Student Centre
cm40
400+100
400
A. 10 m/dt2
D. 30 m/dt2
B. 15 m/dt2
E. 40 m/dt2
C. 20 m/dt2
T2 T1
30o
60o
A
W = 20 N
A. 10 √3 N dan 10 N
B. 10 N dan 10 √3 N
C. 5 √3 N dan 5 N
D. 5 N dan 10 √3 N
E. 5 N dan 10 N
Jawaban : A
Gunakan dalil sinus
T2 T1
90
0
120
0
150
0
W
Ambil oo
WT
90sin120sin
1
= , maka di dapat
T1 = )20(
90sin
120sin
No
o
→ T1 = 10 √3 N
T2 = )20(
90sin
150sin
No
o
→ T2 = 10 N
8. Pada batang (panjang L) homogen seberat
200 N digantung beban 440 N (lihat
gambar). Besar gaya yang dilakukan
penyangga pada batang adalah :
A ¼ L B
A. FA = 210 N ; FB = 330 N
B. FA = 430 N ; FB = 210 N
C. FA = 220 N ; FB = 440 N
D. FA = 210 N ; FB = 430 N
E. FA = 440 N ; FB = 200 N
Jawaban : D
A ½ L C ¼ L D ¼ L B
W1 W2
FA FB
W1 adalah pusat berat batang
W2 adalah berat beban yang tergantung
∑ F = 0 → FA + FB = W1 + W2
FA + FB = 640 N ..........(1)
∑ τA = 0
- W1 (½ L) – W2 (¾ L) + FB (L) = 0
21B W
L
L
4
3
W
L
L
2
1
F +=
= ½ (200 N) + ¾ (440 N)
FB = 430 N ..................................(2)
(2) ke (1), didapat FA = 210 N
9. Gambar dibawah sebuah silinder pejal,
massanya 4 kg dan berjari-jari 4 cm,
didorong dengan gaya sebesar 120 N, maka
besarnya percepatan yang dialami apabila
ada gesekan, sehingga silinder mengge
linding sempurna ….
N
F
░░░░░░░░░░░░░░░
W
Jawaban : C
Σ F = m a → F - fges = ma -----------------(1)
Σ τ = I α → fges. R = kmR2
R
a
fges = kma -------------------(2)
Masukkan (2) ke (1), di dapat :
F- kma = ma →
( )1+
=
km
F
a
Data dari soal m = 4 kg, k = 1/2 (silinder
pejal) dan F = 120 N, maka :
→ a = 20 m/dt2
10. Tiga buah benda terletak pada sumbu
koordinat xy seperti tampak pada gambar.
Massa masing-masing benda mA = 1 kg,
mB = 2 kg, dan mC = 3 kg. Momen inersia
sistem jika sumbu putarnya adalah sumbu
y adalah …
A. 6 kg m2
D. 24 kg m2
B. 12 kg m2
E. 30 kg m2
C. 18 kg m2
ooo
WTT
90sin150sin120sin
21
==
2
/
1
2
1
4
120
dtma






+
=
Y
C •
3 m
A • B • X
3m
Jawaban : C
Dari gambar apabila sumbu y dijadikan
sumbu putar (poros), diperoleh jarak RA =
0, RB = 3 m dan RC = 0. Momen inersia
sistem adalah
I = mARA
2
+ mBRB
2
+ mCRC
2
I = [1(0) + 2(3)2
+ 3(0)] kg m2
= 18 kg m2
=====O0O=====
Soal-soal :
1. Keseimbangan sebuah benda ditentukan
oleh :
1. Resultan gaya yang beraksi pada benda
2. Momen kelembaman benda
3. Resultan momen yang beraksi pada
benda
4. Sifat-sifat dinamik benda
Pernyataan yang benar ...
A. 1,2 dan 3 D. 4 saja
B. 1 dan 3 E. Semuanya
C. 2 dan 4
2.
T2 T1
A B C D
Sebuah balok mempunyai panjang 4 meter
dan beratnya 100 N digantung seperti
gambar diatas. Jika AB = ½ m, BC = 2m dan
CD = 3/2 m. Perbandingan tegangan tali T1
dan T2 adalah :
A. 1 : 3 D. 3 : 1
B. 1 : 2 E. 4 : 1
C. 2 : 1
3. Sebuah benda dikatakan berada dalam
keadaan setimbang, apabila benda itu tidak
memiliki
A. kecepatan D. momentum
B. energi potensial E. percepatan
C. energi kinetik
4. Resultan kedua gaya sejajar yang terlihat
pada diagram di bawah ini terletak pada x =
A. 0,6 m D. 2,1 m
B. –2,8 m E. 1,2 m
C. 1,4 m
Y
F1 = 8 N F2 = 12 N
-1 0 1 2 3 X
5. Sebuah tangga homogen AB yang
panjangnya 5 m dan beratnya w. Ujung A
disandarkan pada dinding licin dan ujung B
bertumpu pada lantai kasar (lihat gambar).
Jika tangga dalam keadaan seimbang, maka
koefisien gesek antara lantai dan tangga
besarnya …
A
5 m
O 4m B
A. 1 : 3 D. 3 : 1
B. 3 : 2 E. 4 : 1
C. 2 : 3
6. Sebuah gaya F = 2i – 4j + 3k berada pada
posisi r = 2i – 3j + 5k dari sumbu koordinat
dengan i,j dan k menyatakan vektor satuan
dalam arah sumbu x , y dan z, Vektor
momen gayanya….
A. 4i – 11j + 2k D. -11i – 4j + 2k
B. -2i + 4j - 11k E. 4i – 4j + 3k
C. 11i + 4j - 2k
F1 = 80 N
7.
A B
2 m 2 m
F2 = 120 N F3 = 60 N
Perhatikan gambar diatas ! resultan gaya
batang diatas adalah ……
A. 100 N (ke atas)
B.– 100 N (ke bawah)
C. 80 N (ke atas)
D. –160 N (ke bawah)
E. –180 N (ke bawah)
8. Pengertian dibawah ini benar, kecuali ….
A. kopel adalah pasangan dua buah gaya
yang sejajar, sama besar dan
berlawanan
B. pengaruh kopel terhadap sebuah benda
memungkinkan benda tersebut berotasi
C. momen kopel adalah perkalian antara
gaya dengan jarak antara kedua gaya
tersebut
D. momen kopel merupakan besaran
skalar, akan bernilai positif bila arah
putarannya searah dengan jarum jam
E. satuan momen kopel tidak dapat
dituliskan joule meskipun dimensinya
sama dengan energi
9. Sebuah cincin bermassa 20 gram berjari-
jari 3 cm seperti gambar, besarnya momen
inersia adalah …
R
10. Batang bersandar pada dinding kasar (µ =
1/4) dan bertumpu pada lantai yang juga
kasar seperti pada gambar. Bila diketahui
AC = 5 m, CB = 3m, maka koefisien gesek
di titik A adalah ….
C
B A
11. Besar tegangan tali P adalah …
450
P
w = 300 N
12.
P Q
S
R
Benda-benda yang mengalami keseimba
ngan labil ialah ...
A. P dan S D. P, Q dan R
B. Q dan S E. P,Q dan S
C. Q dan R
13. Koordinat titik berat bidang yang diarsir
adalah ...
Y
8
6 X
A. (1,68 , 2,88) D. (1,04 , 4,02)
B. (2,88 , 1,68) E. (5,78 , 3,86)
C. (3,83 , 4,65)
14. Titik berat benda batang homogen yang
bentuk dan posisinya diperlihatkan pada
gambar di bawah adalah …
y
40 cm
40 cm 40 cm
40 cm
x
A. (10,50) D. (10,60)
B. (20,50) E. (20,60)
C. (50,10)
15. Koordinat titik berat bidang berikut ini
adalah …
r r
A.
π
r2
D.
π
r5
B.
π
r3
E.
π
r6
C.
π
r4
16. Dua benda, masing-masing bermassa m1 =
4 kg dan m2 = 4 kg dihubungkan dengan
katrol yang massanya 4 kg seperti pada
gambar. Jika permukaan bidang miring AB
licin, percepatan benda m1 dan m2 adalah …
B
m1
m2
300
A C
A. 1,0 m/dt2
D. 2,2 m/dt2
B. 1,5 m/dt2
E. 2,5 m/dt2
C. 2,0 m/dt2
A. 200 x 10-5
kg m2
D. 18 x 10-5
kg m2
B. 180 x 10-5
kg m2
E. 1,8 x 10-5
kg m2
C. 60 x 10-5
kg m2
A. 4/7 D. 7/3
B. 7/4 E. 2/7
C. 3/7
A. 150 N D. 300 N
B. 200 N E. 350 N
C. 250 N
Sistem terdiri dari bola A,
B dan C yang posisinya
seperti pada gambar
mengalami gerak rotasi.
Massa bola A, B dan C
masing-masing 3 kg, 4 kg
dan 2 kg. Momen inersia
sistem tersebut jika BC =
0,4 m adalah …
17. Sebuah cincin dengan massa 0,3 kg dan
jari-jari 0,5 m menggelinding di atas
permukaan bidang miring yang membentuk
sudut 300
terhadap bidang horisontal.
Cincin tersebut dilepas dari keadaan
diamnya pada ketinggian 5 m secara tegak
lurus dari bidang horisontal. Berapa
kecepatan linear cincin tersebut sewaktu
mencapai horisontal ?
A. 2,5 m/s D. 5 √3 m/s
B. 5 m/s E. 10 m/s
C. 5 √2 m/s
18. A
B
Benda A adalah silinder pejal bermassa 8
kg, sedang benda B bermassa 3 kg, jika
gesekan katrol diabaikan dan silinder A
menggelinding sempurna, maka tegangan
tali adalah …
A. 10 N D. 20 N
B. 14 N E. 24 N
C. 18 N
19.
B
600
600
A
300
C
A. 0,04 kgm2
D. 0,28 kgm2
B. 0,18 kgm2
E. 0,96 kgm2
C. 0,24 kgm2
20. Dua benda bermassa m1 dan m2 dihubung
kan oleh seutas tali ringan melalui dua buah
katrol identik, tiap katrol memiliki momen
inersia I. Jika m2 lebih besar dari dari m1,
tentukan percepatan yang dialami tiap
benda.
T2
T1 T3
m1 m2
A.
( )
221
12
R
I
2mm
gmm
++
+
B.
( )
221
12
R
I
2
1
mm
gmm
++
+
C.
( )
221
12
R
I
mm
gmm
++
+
D.
( )
221
12
R
I
mm
gmm
++
−
E.
( )
221
12
R
I
2mm
gmm
++
−
=====O0O=====

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

Fisika hukum newton
Fisika hukum newtonFisika hukum newton
Fisika hukum newtonSayur Lodeh
 
Polarisasi karena pembiasan ganda
Polarisasi karena pembiasan gandaPolarisasi karena pembiasan ganda
Polarisasi karena pembiasan ganda23398
 
Gelombang Elektromagnetik
Gelombang ElektromagnetikGelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetiknurwani
 
Eksperimen Fisika "Interferometer Michelson"
Eksperimen Fisika "Interferometer Michelson"Eksperimen Fisika "Interferometer Michelson"
Eksperimen Fisika "Interferometer Michelson"Nurfaizatul Jannah
 
GGL induksi dan induktansi FISIKA DASAR
GGL induksi dan induktansi FISIKA DASARGGL induksi dan induktansi FISIKA DASAR
GGL induksi dan induktansi FISIKA DASARNurhairuna Sari
 
Sistem partikel
Sistem partikel Sistem partikel
Sistem partikel adhafanny
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika IntiFKIP UHO
 
aplikasi usaha dan energi Dalam bidang teknik
aplikasi usaha dan energi Dalam bidang teknikaplikasi usaha dan energi Dalam bidang teknik
aplikasi usaha dan energi Dalam bidang teknikachmad yani
 
Atom hidrogen
Atom hidrogenAtom hidrogen
Atom hidrogenjacksfive
 
FISIKA DASAR_04 hukum newton
FISIKA DASAR_04 hukum newtonFISIKA DASAR_04 hukum newton
FISIKA DASAR_04 hukum newtonEko Efendi
 
Contoh soal dan jawaban tentang gaya
Contoh soal dan jawaban tentang gayaContoh soal dan jawaban tentang gaya
Contoh soal dan jawaban tentang gayaKijoko Gebleg
 
14708251062_Fathurrahman_Model-model Inti
14708251062_Fathurrahman_Model-model Inti14708251062_Fathurrahman_Model-model Inti
14708251062_Fathurrahman_Model-model IntiIPA 2014
 

Was ist angesagt? (20)

Fisika hukum newton
Fisika hukum newtonFisika hukum newton
Fisika hukum newton
 
Pp relativitas
Pp relativitasPp relativitas
Pp relativitas
 
Momentum dan Impuls
Momentum dan ImpulsMomentum dan Impuls
Momentum dan Impuls
 
Polarisasi karena pembiasan ganda
Polarisasi karena pembiasan gandaPolarisasi karena pembiasan ganda
Polarisasi karena pembiasan ganda
 
Gelombang Elektromagnetik
Gelombang ElektromagnetikGelombang Elektromagnetik
Gelombang Elektromagnetik
 
Eksperimen Fisika "Interferometer Michelson"
Eksperimen Fisika "Interferometer Michelson"Eksperimen Fisika "Interferometer Michelson"
Eksperimen Fisika "Interferometer Michelson"
 
Soal latihan-olimpiade-fisika-sma
Soal latihan-olimpiade-fisika-smaSoal latihan-olimpiade-fisika-sma
Soal latihan-olimpiade-fisika-sma
 
GGL induksi dan induktansi FISIKA DASAR
GGL induksi dan induktansi FISIKA DASARGGL induksi dan induktansi FISIKA DASAR
GGL induksi dan induktansi FISIKA DASAR
 
Sistem partikel
Sistem partikel Sistem partikel
Sistem partikel
 
Fisika Inti
Fisika IntiFisika Inti
Fisika Inti
 
Dinamika hukum newton soal dan pembahasannya
Dinamika hukum newton soal dan pembahasannyaDinamika hukum newton soal dan pembahasannya
Dinamika hukum newton soal dan pembahasannya
 
aplikasi usaha dan energi Dalam bidang teknik
aplikasi usaha dan energi Dalam bidang teknikaplikasi usaha dan energi Dalam bidang teknik
aplikasi usaha dan energi Dalam bidang teknik
 
8 rangkaian rlc seri
8 rangkaian rlc seri8 rangkaian rlc seri
8 rangkaian rlc seri
 
Atom hidrogen
Atom hidrogenAtom hidrogen
Atom hidrogen
 
Gaya lorentz
Gaya lorentzGaya lorentz
Gaya lorentz
 
FISIKA DASAR_04 hukum newton
FISIKA DASAR_04 hukum newtonFISIKA DASAR_04 hukum newton
FISIKA DASAR_04 hukum newton
 
Medan magnet
Medan magnetMedan magnet
Medan magnet
 
Materi olimpiade fisikabagian a
Materi olimpiade fisikabagian aMateri olimpiade fisikabagian a
Materi olimpiade fisikabagian a
 
Contoh soal dan jawaban tentang gaya
Contoh soal dan jawaban tentang gayaContoh soal dan jawaban tentang gaya
Contoh soal dan jawaban tentang gaya
 
14708251062_Fathurrahman_Model-model Inti
14708251062_Fathurrahman_Model-model Inti14708251062_Fathurrahman_Model-model Inti
14708251062_Fathurrahman_Model-model Inti
 

Andere mochten auch

Fisika - Kesetimbangan Benda
Fisika - Kesetimbangan BendaFisika - Kesetimbangan Benda
Fisika - Kesetimbangan BendaTasha Amarilis
 
Kesetimbangan Benda Tegar
Kesetimbangan Benda TegarKesetimbangan Benda Tegar
Kesetimbangan Benda TegarBayulibels
 
soal kesetimbangan benda tegar dan dinamika rotasi
soal kesetimbangan benda tegar dan dinamika rotasisoal kesetimbangan benda tegar dan dinamika rotasi
soal kesetimbangan benda tegar dan dinamika rotasiNoer Patrie
 
Soal dan pembahasan keseimbangan benda tegar
Soal dan pembahasan keseimbangan benda tegarSoal dan pembahasan keseimbangan benda tegar
Soal dan pembahasan keseimbangan benda tegarvina irodatul afiyah
 
Soal UAS FIsika Kelas XI SMA/SMK Semester Gasal 2015/2016
Soal UAS FIsika Kelas XI SMA/SMK Semester Gasal 2015/2016Soal UAS FIsika Kelas XI SMA/SMK Semester Gasal 2015/2016
Soal UAS FIsika Kelas XI SMA/SMK Semester Gasal 2015/2016David Adi Nugroho
 

Andere mochten auch (6)

Fisika - Kesetimbangan Benda
Fisika - Kesetimbangan BendaFisika - Kesetimbangan Benda
Fisika - Kesetimbangan Benda
 
Kesetimbangan Benda Tegar
Kesetimbangan Benda TegarKesetimbangan Benda Tegar
Kesetimbangan Benda Tegar
 
soal kesetimbangan benda tegar dan dinamika rotasi
soal kesetimbangan benda tegar dan dinamika rotasisoal kesetimbangan benda tegar dan dinamika rotasi
soal kesetimbangan benda tegar dan dinamika rotasi
 
Hukum newton percepatan
Hukum newton   percepatanHukum newton   percepatan
Hukum newton percepatan
 
Soal dan pembahasan keseimbangan benda tegar
Soal dan pembahasan keseimbangan benda tegarSoal dan pembahasan keseimbangan benda tegar
Soal dan pembahasan keseimbangan benda tegar
 
Soal UAS FIsika Kelas XI SMA/SMK Semester Gasal 2015/2016
Soal UAS FIsika Kelas XI SMA/SMK Semester Gasal 2015/2016Soal UAS FIsika Kelas XI SMA/SMK Semester Gasal 2015/2016
Soal UAS FIsika Kelas XI SMA/SMK Semester Gasal 2015/2016
 

Ähnlich wie Kesetimbangan dinamika-rotasi-dan-titik-berat

Materi torsi
Materi torsiMateri torsi
Materi torsitriya3
 
PENDAHULUAN BAB 1 Mekanika Rekayaasa.docx by Sakri
PENDAHULUAN BAB 1 Mekanika Rekayaasa.docx by SakriPENDAHULUAN BAB 1 Mekanika Rekayaasa.docx by Sakri
PENDAHULUAN BAB 1 Mekanika Rekayaasa.docx by Sakrirezarahadiaan1
 
Soal Jawab Fisika Mekanika Bagian B
Soal Jawab Fisika Mekanika Bagian BSoal Jawab Fisika Mekanika Bagian B
Soal Jawab Fisika Mekanika Bagian Bdattebayo90
 
Pokok bahasan rotasi benda tegar
Pokok bahasan rotasi benda tegarPokok bahasan rotasi benda tegar
Pokok bahasan rotasi benda tegarpak gunawan saja
 
Soal Jawab Fisika Mekanika Bagian E
Soal Jawab Fisika Mekanika Bagian ESoal Jawab Fisika Mekanika Bagian E
Soal Jawab Fisika Mekanika Bagian Edattebayo90
 
Latihan Soal Dinamika, Usaha, Impuls.pptx
Latihan Soal Dinamika, Usaha, Impuls.pptxLatihan Soal Dinamika, Usaha, Impuls.pptx
Latihan Soal Dinamika, Usaha, Impuls.pptxOktaviani363839
 
FISIKA VINI KOMALA DEWI
FISIKA VINI KOMALA DEWIFISIKA VINI KOMALA DEWI
FISIKA VINI KOMALA DEWIVini Dewi
 
Gerak harmonik-sederhana dan soal
Gerak harmonik-sederhana dan soalGerak harmonik-sederhana dan soal
Gerak harmonik-sederhana dan soalSonitehe Waruwu
 

Ähnlich wie Kesetimbangan dinamika-rotasi-dan-titik-berat (20)

Materi torsi
Materi torsiMateri torsi
Materi torsi
 
PENDAHULUAN BAB 1 Mekanika Rekayaasa.docx by Sakri
PENDAHULUAN BAB 1 Mekanika Rekayaasa.docx by SakriPENDAHULUAN BAB 1 Mekanika Rekayaasa.docx by Sakri
PENDAHULUAN BAB 1 Mekanika Rekayaasa.docx by Sakri
 
Dinamika rotasi
Dinamika rotasiDinamika rotasi
Dinamika rotasi
 
Soal Jawab Fisika Mekanika Bagian B
Soal Jawab Fisika Mekanika Bagian BSoal Jawab Fisika Mekanika Bagian B
Soal Jawab Fisika Mekanika Bagian B
 
Pokok bahasan rotasi benda tegar
Pokok bahasan rotasi benda tegarPokok bahasan rotasi benda tegar
Pokok bahasan rotasi benda tegar
 
Bagian b
Bagian bBagian b
Bagian b
 
Mekanika b
Mekanika bMekanika b
Mekanika b
 
Materi olimpiade fisika Mekanika bagian b
Materi olimpiade fisika Mekanika bagian bMateri olimpiade fisika Mekanika bagian b
Materi olimpiade fisika Mekanika bagian b
 
Soal Jawab Fisika Mekanika Bagian E
Soal Jawab Fisika Mekanika Bagian ESoal Jawab Fisika Mekanika Bagian E
Soal Jawab Fisika Mekanika Bagian E
 
Meet4.ppt
Meet4.pptMeet4.ppt
Meet4.ppt
 
Materi olimpiade fisika Mekanika bagian e
Materi olimpiade fisika Mekanika bagian eMateri olimpiade fisika Mekanika bagian e
Materi olimpiade fisika Mekanika bagian e
 
Mekanika e
Mekanika eMekanika e
Mekanika e
 
Bagian e
Bagian eBagian e
Bagian e
 
Bagian e
Bagian eBagian e
Bagian e
 
Soal hukum 1,2,3 newton
Soal hukum 1,2,3 newtonSoal hukum 1,2,3 newton
Soal hukum 1,2,3 newton
 
Solusi prov-2009
Solusi prov-2009Solusi prov-2009
Solusi prov-2009
 
Latihan Soal Dinamika, Usaha, Impuls.pptx
Latihan Soal Dinamika, Usaha, Impuls.pptxLatihan Soal Dinamika, Usaha, Impuls.pptx
Latihan Soal Dinamika, Usaha, Impuls.pptx
 
FISIKA VINI KOMALA DEWI
FISIKA VINI KOMALA DEWIFISIKA VINI KOMALA DEWI
FISIKA VINI KOMALA DEWI
 
Gerak harmonik-sederhana dan soal
Gerak harmonik-sederhana dan soalGerak harmonik-sederhana dan soal
Gerak harmonik-sederhana dan soal
 
Gerak Harmonis Sederhana
Gerak Harmonis SederhanaGerak Harmonis Sederhana
Gerak Harmonis Sederhana
 

Kürzlich hochgeladen

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxFuzaAnggriana
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasAZakariaAmien1
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdftsaniasalftn18
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptGirl38
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPCMBANDUNGANKabSemar
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docxbkandrisaputra
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxsyafnasir
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfmaulanayazid
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxherisriwahyuni
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdfMMeizaFachri
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaNadia Putri Ayu
 

Kürzlich hochgeladen (20)

DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptxDESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
DESAIN MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS DIGITAL.pptx
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnasPembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
Pembahasan Soal UKOM gerontik persiapan ukomnas
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdfKelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
Kelompok 2 Karakteristik Negara Nigeria.pdf
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..pptpolinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
polinomial dan suku banyak kelas 11..ppt
 
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptxPRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
PRESENTASI EEC social mobile, and local marketing.pptx
 
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docxLembar Observasi Pembelajaran di  Kelas.docx
Lembar Observasi Pembelajaran di Kelas.docx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptxTopik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
Topik 1 - Pengenalan Penghayatan Etika dan Peradaban Acuan Malaysia.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdfKelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
Kelompok 1 Bimbingan Konseling Islami (Asas-Asas).pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docxModul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
Modul Ajar Bahasa Indonesia - Menulis Puisi Spontanitas - Fase D.docx
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdfPEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques  Rousseau.pdf
PEMIKIRAN POLITIK Jean Jacques Rousseau.pdf
 
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional DuniaKarakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
Karakteristik Negara Brazil, Geografi Regional Dunia
 

Kesetimbangan dinamika-rotasi-dan-titik-berat

  • 1. F. KESETIMBANGAN, DINAMIKA ROTASI DAN TITIK BERAT KESETIMBANGAN Teori Singkat : Terdapat bermacam-macam pembagian ke setimbangan menurut kelompoknya yakni : 1. Berdasar posisi benda : a. Diam (setimbang statik) b. Bergerak lurus beraturan (GLB) dengan kecepatan konstan atau bergerak melingkar beraturan (GMB) dengan kecepatan sudut konstan (setimbang dinamik) • Akibat pernyataan pertama benda setimbang juga harus memenuhi syarat : a. ∑ F = 0 (setimbang translasi) b. ∑ τ = 0 (setimbang rotasi) 2. Berdasar keadaan benda : a. Kesetimbangan partikel dengan syarat : ∑ F = 0 Ciri-ciri : Terdapat perpotongan titik-titik gaya. Biasanya berkaitan dengan gaya tegang suatu tali Penyelesaian : 1. Pada perpotongan garis gaya buatlah koordinat sumbu x dan Y (koordinat kartesius), kemudian proyeksikan gaya gaya pada masing-masing sumbu, lalu hitung gaya-gaya pada sumbu x dan y melalui ∑ Fx = 0 dan ∑ Fy = 0 (lihat konsep metode menguraikan vektor) 2. Menggunakan penguraian gaya melalui dalil sinus sebagaimana berikut : C B α β γ A b. Kesetimbangan benda tegar dengan syarat ∑ F = 0 dan ∑ τ = 0 Ciri-ciri : Terdapat ciri-ciri fisik benda tegar seperti adanya bentuk benda dan pan jang benda. Adapun benda tegar adalah benda yang apabila dikenai gaya, baik bentuk dan volumenya tidak mengalami perubahan seperti : kayu, besi, batu dan lain sebagainya Penyelesaian : 1. Pilihlah selalu pusat momen (titik) dimana banyak bekerja gaya-gaya yang tidak diketahui, tetapi gaya-gaya tersebut tidak ditanyakan dalam soal, sehingga momen gayanya sama dengan nol 2. Penyelesaian kesetimbangan benda tegar terkadang cukup menggunakan satu syarat yakni ∑ τ = 0 3. Berdasar titik beratnya : a. Kesetimbangan Stabil → Kesetimbangan benda jika dikenai gaya, maka posisi benda akan kembali ke posisi semula. Cirinya kedudukan titik berat benda akan naik bila dikenai gaya contoh : F (1) (2) b. Kesetimbangan Labil → Kesetimbangan benda jika dikenai gaya, maka posisi benda tidak akan kembali ke posisi semula. Cirinya kedudukan titik berat benda akan turun bila dikenai gaya contoh : F (1) (2) c.Kesetimbangan Indeferen → Kesetim bangan benda jika dikenai gaya, maka posisi benda akan tetap pada posisi semula. Cirinya kedudukan titik berat benda akan tetap bila dikenai gaya contoh : F (1) (2) =====O0O===== γβα sin C sin B sin A ==
  • 2. DINAMIKA ROTASI Momen Gaya : 1. Momen gaya di suatu titik adalah besar gaya tersebut dikalikan dengan lengan gaya terhadap titik tersebut F R •) Arah gaya memutar searah jarum jam bernilai negatif •) Arah gaya memutar berlawanan arah jarum jam bernilai positif Catatan : Ketentuan arah putar ini terdapat perbedaan pada beberapa buku referensi. Ada yang memberi kaidah berkebalikan dari ketentuan diatas dan semuanya bisa dipilih. 2. Untuk R dan F yang berbentuk vektor, maka dapat diselesaikan dengan menggunakan matriks dengan aturan sebagai berikut : Misal : R = A i + B j + C k F = D i + E j + F k Maka τ = ? τ = R x F i j k τ = A B C D E F τ = i (BF – EC) – j (AF – CD) + k (AE – BD) 3. Momen kopel adalah pasangan dua buah gaya yang sejajar, sama besar dan berlawanan arah F d F •) Arah gaya memutar searah jarum jam bernilai negatif •) Arah gaya memutar berlawanan arah jarum jam bernilai positif 4. Penyelesaian resultan gaya dan letaknya di suatu titik pada suatu garis lurus dapat ditentukan dengan menghitung jumlah momen gaya di titik tersebut pada garis itu (∑ τ = 0), dengan aturan penentuan resultan gaya atau resultan jarak tersebut diacukan ke salah satu gaya atau jarak tertentu. Perhatikan contoh-contoh soal berikut : 1. Mencari Resultan Gaya : A a C b B FA W FB Mencari resultan gaya pada titik A (Ambil ∑ τA = 0) - W (a) + FB (a + b) = 0 Dengan cara yang sama ∑ τB = 0 2. Mencari Jarak Resultan Gaya : L x L - x FA R FB Mencari jarak resultan gaya pada pada titik R sejauh x dari titik B : (∑ τR = 0). FA (x) - FB (L- x) = 0 x (Fa - FB) + FB L = 0 Catatan : Letak pusat massa batang selalu terletak di tengah-tengah batang. Momen Inersia : Momen Inersia merupakan analogi massa untuk gerak rotasi. Momen Inersia dibagi menjadi 2 : 1. Momen Inersia Partikel τ = R x F M = d x F FB = W ba a       + FA = W ba b       + x = L FF F BA B       +
  • 3. 2. Momen Inersia Benda Tegar 1. Momen Inersia Partikel Momen inersia partikel didefinisikan sebagai hasil kali massa partikel terhadap kuadrat jarak dari titik poros (titik acuan). • R m Jika terdapat banyak partikel dengan massa masing-masing m1,m2,m3,…dan mempunyai jarak R1,R2,R3,…terhadap poros, maka momen inersia totalnya adalah … 2. Momen Inersia Benda Tegar Apabila sebuah benda pejal terdiri dari distribusi massa yang kontinyu, maka momen inersia benda pejal tersebut dapat dituliskan sebagai berikut : Berbagai momen inersia benda tegar dapat dilihat pada tabel berikut : Batang Silinder L L Poros melalui pusat Poros melalui ujung Silinder Tipis Berongga R Poros melalui sumbu silinder Silinder Pejal R R L Poros melalui sumbu Poros melalui titik tengah sumbu silin der Bola Pejal R R Poros melalui diameter Poros melalui ujung Bola Berongga R Poros melalui diameter Lempeng Tipis a b Poros melalui sumbu tegak lurus b a I = m R2 I = Σ mi Ri 2 = m1R1 2 + m2R2 2 + m3R3 2 + … I = ∫ R2 dm I = 2 ML 12 1 I = 2 ML 3 1 I = 2 MR 2 RM 2 1 I = 22 ML 12 1 MR 4 1 I += 2 MR 5 2 I = 2 MR 5 7 I = 2 MR 3 2 I = ( )22 baM 12 1 I +=
  • 4. Poros seperti pada gambar Teori Sumbu Paralel Teori ini digunakan untuk menghitung momen inersia benda terhadap sembarang sumbu dengan syarat momen inersia benda terhadap pusat massa telah diketahui Dengan d adalah jarak yang diukur dari pusat massa benda. Sebagai contoh pada batang silinder telah diketahui Ipm = 2 ML 12 1 , maka jika kini hendak dihitung momen inersia batang silinder pada ujung, dapat diterapkan : I = Ipm + M d2 dengan d = 2 L , maka I = 2 ML 12 1 + M 4 2 L = 2 ML 3 1 (terbukti) Catatan : Secara umum momen inersia dapat pula dituliskan Dengan k = konstanta yang nilainya tergantung pada bendanya, contoh untuk cincin k = 1, silinder pejal k = 2 1 , bola pejal k = 5 2 dan sebagainya Hubungan Gerak Translasi dan Rotasi : Gerak translasi disebabkan oleh gaya (F), sedangkan gerak rotasi oleh momen gaya (τ). Ada 2 kondisi keadaan gerak suatu benda : 1. Benda Meluncur 2. Benda Menggelinding Berikut ini tabel perbandingan gerak translasi dan rotasi APLIKASI KESETIMBANGAN 1. Batang bersandar pada dinding A (kasar) B (kasar) Gaya–gaya yang bekerja pada benda dapat diuraikan sebagai berikut : fA A NA NB α fB B W Jika diambil ∑ F = 0 dan panjang batang AB = L maka di dapat : ∑ Fx = 0 → NA = fB NA = µB NB............................(1) ∑ Fy = 0 → fA + NB = W µA NA + NB = W.....................(2) Masukkan (1) ke (2), maka di dapat : µA (µB NB) + NB = W..................(3) Ambil syarat ∑ τB = 0, maka diperoleh : - fA(L cos α) - NA (Lsin α) + W (½Lcos α) = 0 µA NA cos α + NA sin α = 2 W cos α ......(4) Masukkan (1) dan (3) ke (4), di dapat : µA µB NB cos α + µB NB sin α = Gerak Translasi Gerak Rotasi Hubungan Pergeseran Linear S Pergeseran Sudut θ S = θθθθ R Kecepatan Linear V Kecepatan Sudut ω V = ωωωω R Percepatan Linear a Percepatan Sudut α a = αααα R Kelemba man Translasi (massa) m Kelembaman Rotasi (momen inersia) I I = ΣΣΣΣ m R2 Gaya F Momen Gaya τ ττττ = F R Energi Kinetik EK = 1/2 mV2 Energi Kinetik EK = 1/2 I ω2 ----- Daya P = F V Daya P = τ ω ----- Momentum Linear P = m V Momentum Sudut L = I ω ----- 2 aM 12 1 I = I = Ipm + M d2 Σ F ≠ 0 dan Σ τ = 0 Σ F ≠ 0 dan Σ τ ≠ 0 I = k MR2
  • 5. 2 1 (µAµB NB + NB) cos α ⇔ 2 1 µA µB cosα + µB sin α = 2 1 cos α Kalikan 2 dan bagi dengan cos α, di peroleh : µB (µA+ 2 tan α) = 1 2. Katrol bergerak Tinjau kembali kasus hukum II Newton, namun sekarang katrol ikut bergerak. Andai katrol dianggap berbentuk silinder pejal (I = 1/2 MR2 ) massa katrol M dan jari-jari R 1) M,R m1 > m2 a = ? m1 m2 2) M,R fges m1 a = ? m2 3) M,R m1 m2 a = ? f1 f2 m3 4) M,R a = ? m1 fges m2 αααα 5) m2 M,R f2 m1 f1 a = ? αααα Penyelesaian Cara Biasa : Ketentuan : * Searah percepatan (a) : + * Berlawanan percepatan (a) : - * Tegangan tali T1 ≠ T2 Tinjau soal 1) 1) M,R a T1 T2 m1 > m2 m1 m2 a W1 W2 Tinjau m1 : Σ F = m1 a W1 - T1 = m1 a → T1 = W1 - m1 a ------(1) Tinjau m2 : Σ F = m2 a T2 – W2 = m2 a → T2 = W2 + m2 a -----(2) Tinjau gerak katrol : M,R I = k MR2 a a T1 T2 Σ τo = I α → (T1-T2) R = k M R2       R a T1-T2 = k M a-------------(3) Masukkan (1), (2) ke (3), maka di dapat : W1 - m1 a – (W2 + m2 a) = k M a a ( m1 + m2 + kM) = W1 – W2 Tinjau soal 2) a 2) fges m1 T1 T2 a m2 W2 Tinjau m1 : Σ F = m1 a T1 - fges = m1 a → T1 = fges + m1 a -----(1) Tinjau m2 : Σ F = m2 a µB = Aµα +tan2 1 a = g kMmm mm 21 21       ++ −
  • 6. W2 – T2 = m2 a → T2 = W2 - m2 a -----(2) Tinjau gerak katrol : a M,R T1 I = k MR2 a T2 Σ τo = I α → (T2-T1) R = k M R2       R a T2-T1 = k M a-------------(3) Masukkan (1), (2) ke (3), maka di dapat : W2 - m2 a – (fges + m1 a) = k M a a ( m1 + m2 + kM) = W2 – fges Cara Praktis : Jika diperhatikan hasil penyelesaian soal 1) dan 2) tampak bahwa hasilnya mirip dengan penyelesaian hukum II Newton pada katrol tidak bergerak, namun pada penyebut persamaan akhir ditambah kM. Sehingga dapat disimpulkan sebagai berikut : 3. Benda Menggelinding Pada Bidang Miring Tinjau benda yang bergerak pada bidang miring sebagai berikut : h α Pertanyaan : a) Berapa nilai kelajuan sampai di dasar ? b) Berapa percepatan benda ? Jawab : a) 1 h α 2 Tinjau keadaan 1 dan 2 : Em1 = Em2 Ep1 + Ek1 = Ep2 + Ek2 Dari gambar diketahui Ek1 = 0 dan Ep2 = 0 Sehingga Ep1 = Ek2, karena benda menggelinding, maka Ek2 = Ektranslasi + Ekrotasi Jadi mgh = 2 1 m V2 + 2 1 I ω2 mgh = 2 1 m V2 + 2 1 kmR2 2       R V 2gh = V2 (1 + k) b) fges mg sin α α Σ F = m a → mg sin α - fges = ma ---------(1) Σ τ = I α → fges. R = kmR2 R a fges = kma -------------------(2) Masukkan (2) ke (1), di dapat : mg sin α - kma = ma =====O0O===== Percepatan a katrol bergerak adalah = percepatan pada katrol tidak bergerak dengan penyebut ditambah kM 1 2 + = k gh V 1k sing a + = α a = g kMmm mm 21 12         ++ − µ
  • 7. Yo = R x       ABbusur ABbusurtali Yo = 2/3 R x       ABbusur ABbusurtali TITIK BERAT Teori Singkat : Titik berat merupakan resultan titik tangkap gaya berat Titik berat benda dibagi menjadi 3 yakni : A. Titik berat benda bentuk sembarang B. Titik berat benda bentuk beraturan C. Titik berat benda beraturan majemuk A. Titik berat benda bentuk sembarang Untuk mengetahui titik berat benda tidak beraturan lakukan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Benda digantung pada ujung A lalu ditarik garis vertikal (lihat gambar) 2. Lakukan untuk ujung yang lain misal ujung B 3. Perpotongan kedua garis itu merupakan titik berat benda tersebut A B B. Titik berat benda bentuk beraturan Secara umum titik berat benda beraturan terletak pada perpotongan diagonalnya, misal : 1) Persegi panjang 2) Lingkaran Akan tetapi terdapat persamaan titik berat ben da-benda yang lebih lengkap sebagai berikut : 1. Titik berat benda homogen berbentuk garis 1. Garis lurus 2. Busur Lingkaran 3. Busur Setengah Lingkaran 2. Titik berat bidang homogen berdimensi dua 1. Segitiga 2. Jajar genjang Belah ketupat 3. Juring lingkaran 4. Setengah lingkaran 3. Titik berat benda pejal berdimensi tiga Nama Benda Gambar Benda Titik berat 1. Prisma Pejal 2. Silinder Pejal 3. Limas Pejal Beraturan 4. Kerucut Pejal 5. Setengah Bola Pejal Yo = 1/2 l Yo = 1/2 t Yo = 1/4 t Yo = 1/4 t Yo = 3/8 R Yo = 1/2 l Yo = π R2 Yo = 1/3 t Yo = 1/2 t Yo = π3 R4
  • 8. Yo = 1/2 R Yo = 1/3 T'T Yo = 1/2 t Yo = 1/2 l Yo = 1/3 T'T 4. Titik berat benda luasan selimut ruang 1. Kulit Prisma 2. Kulit Silinder (tanpa tutup) 3. Kulit Limas 4. Kulit Kerucut 5. Kulit Setengah Bola C. Titik berat benda beraturan majemuk Titik berat benda beraturan majemuk maksudnya titik berat suatu sistem benda beraturan. Ada 3 komponen sistem ini yakni : 1. Sistem satu dimensi (berupa garis) 2. Sistem dua dimensi (berupa luasan) 3. Sistem tiga dimensi (berupa volume) Contoh Soal dan Pembahasan : 1. Bila gaya-gaya pada suatu benda adalah setimbang, maka benda tadi pasti dalam keadaan diam sebab Gaya-gaya yang dalam keadaan setimbang mempunyai resultan sama dengan nol Jawaban (salah - benar) → D 2. Koordinat titik berat bidang yang diarsir di bawah ini adalah …. y 2 x 2 8 A. (2,6) D. (6,3) B. (1,4) E. (8,2) C. (5,1) Jawaban : C Apabila diambil perpotongan diagonalnya diperoleh : y 2 2 8 x Z = (5,1) 3. Sumbu kedua roda muka dan sumbu kedua roda belakang sebuah truk yang bermassa 3000 kg, berjarak 3 m. Pusat massa truk terletak 2 m di belakang roda muka. Diandaikan g = 10 m/s2 , beban yang dipikul oleh kedua roda muka truk itu sama dengan : A. 5.000 N D. 20.000 N B. 10.000 N E. 25.000 N C. 15.000 N Jawaban : B Zx = ... ...lxxx 321 332211 +++ +++ lll ll Zy = ... ...lyyy 321 332211 +++ +++ lll ll Titik berat Z = (Zx , Zy) Zx = ... ...Axxx 321 332211 +++ +++ AAA AA Zy = ... ...Ayyy 321 332211 +++ +++ AAA AA Titik berat Z = (Zx , Zy) Zx = ... ...Vxxx 321 332211 +++ +++ VVV VV Zy = ... ...Vyyy 321 332211 +++ +++ VVV VV Titik berat Z = (Zx , Zy)
  • 9. Student Centre NA NB 2 m 1 m W Gunakan syarat kesetimbangan benda tegar, yakni ∑ F = 0 dan ∑ τ = 0. ∑ F = 0 → NA + NB = W NA + NB = 30.000 N ..........(1) ∑ τA = 0 → - W (2) + NB (3) = 0 30000 (2) = 3 NB NB = 20.000 N……….…(2) (2) ke (1), didapat NA = 10.000 N 4. Sebuah gaya F = -4i + 2j – 3k berada pada posisi r = 3i + 2j -5k dari sumbu koordinat, dengan i,j dan k menyatakan vektor satuan dalam arah sumbu x,y dan z. Vektor momen gayanya adalah ... A. 4i + 29j + 14k B. 16i + 11j - 2k C. 4i + 29j + 18k D. 4i - 29j - 14k E. -16i - 11j + 2k Jawaban : A i j k τ = 3 2 -5 -4 2 -3 τ = i (-6 + 10) – j (-9 – 20) + k (6 + 8) τ = 4i + 29j + 14k 5. Pada gambar terlukis suatu segitiga siku- siku yang sangat ringan tetapi kuat. di titik sudutnya ada massa m1, m2 dan m3, masing- masing 100 gram, 100 gram dan 300 gram. Jarak m1m2 dan m2m3 masing-masing 40 cm dan 30 cm. Gaya F mengenai tegak lurus pada kerangka m1m2 dengan jarak x dari m1. Gaya F sebidang dengan bidang kerangka. agar titik bergerak translasi murni (tanpa rotasi), besar x adalah : m3 m1 m2 F A. 20 cm D. 8 cm B. 30 cm E. 12 cm C. 32 cm Jawaban : C L = 40 cm A C B FA x F FB (100) (100 + 300) ∑ τC = 0 → FA (x) – FB (L – x ) = 0 x = L F+F F BA B = x = 32 cm 6. Sebuah papan yang bertuliskan “Student Centre” terpasang seperti pada gambar di bawah ini : 300 1/2 m 2 m Jika diketahui berat papan 150 N dan berat kawat k dan berat batang b dapat diabaikan dengan menganggap bahan papan itu massanya merata di seluruh papan, maka tegangan kawat k dapat dihitung yang besarnya adalah : A. lebih kecil dari 100 N B. antara 100 N dan 150 N C. antara 150 N dan 200 N D. antara 200 N dan 300 N E. lebih besar dari 300 N Jawaban : C B k sin 300 o 300 A ½ m 2m W ∑ τo = 0 → - W (3/2) + k sin 300 (5/2) = 0 k sin 300 = N150 2/5 2/3 k = 6/5 (150 N) = 180 N 7. Tegangan tali T1 dan T2 jika titik A berada dalam kesetimbangan adalah … Student Centre cm40 400+100 400
  • 10. A. 10 m/dt2 D. 30 m/dt2 B. 15 m/dt2 E. 40 m/dt2 C. 20 m/dt2 T2 T1 30o 60o A W = 20 N A. 10 √3 N dan 10 N B. 10 N dan 10 √3 N C. 5 √3 N dan 5 N D. 5 N dan 10 √3 N E. 5 N dan 10 N Jawaban : A Gunakan dalil sinus T2 T1 90 0 120 0 150 0 W Ambil oo WT 90sin120sin 1 = , maka di dapat T1 = )20( 90sin 120sin No o → T1 = 10 √3 N T2 = )20( 90sin 150sin No o → T2 = 10 N 8. Pada batang (panjang L) homogen seberat 200 N digantung beban 440 N (lihat gambar). Besar gaya yang dilakukan penyangga pada batang adalah : A ¼ L B A. FA = 210 N ; FB = 330 N B. FA = 430 N ; FB = 210 N C. FA = 220 N ; FB = 440 N D. FA = 210 N ; FB = 430 N E. FA = 440 N ; FB = 200 N Jawaban : D A ½ L C ¼ L D ¼ L B W1 W2 FA FB W1 adalah pusat berat batang W2 adalah berat beban yang tergantung ∑ F = 0 → FA + FB = W1 + W2 FA + FB = 640 N ..........(1) ∑ τA = 0 - W1 (½ L) – W2 (¾ L) + FB (L) = 0 21B W L L 4 3 W L L 2 1 F += = ½ (200 N) + ¾ (440 N) FB = 430 N ..................................(2) (2) ke (1), didapat FA = 210 N 9. Gambar dibawah sebuah silinder pejal, massanya 4 kg dan berjari-jari 4 cm, didorong dengan gaya sebesar 120 N, maka besarnya percepatan yang dialami apabila ada gesekan, sehingga silinder mengge linding sempurna …. N F ░░░░░░░░░░░░░░░ W Jawaban : C Σ F = m a → F - fges = ma -----------------(1) Σ τ = I α → fges. R = kmR2 R a fges = kma -------------------(2) Masukkan (2) ke (1), di dapat : F- kma = ma → ( )1+ = km F a Data dari soal m = 4 kg, k = 1/2 (silinder pejal) dan F = 120 N, maka : → a = 20 m/dt2 10. Tiga buah benda terletak pada sumbu koordinat xy seperti tampak pada gambar. Massa masing-masing benda mA = 1 kg, mB = 2 kg, dan mC = 3 kg. Momen inersia sistem jika sumbu putarnya adalah sumbu y adalah … A. 6 kg m2 D. 24 kg m2 B. 12 kg m2 E. 30 kg m2 C. 18 kg m2 ooo WTT 90sin150sin120sin 21 == 2 / 1 2 1 4 120 dtma       + =
  • 11. Y C • 3 m A • B • X 3m Jawaban : C Dari gambar apabila sumbu y dijadikan sumbu putar (poros), diperoleh jarak RA = 0, RB = 3 m dan RC = 0. Momen inersia sistem adalah I = mARA 2 + mBRB 2 + mCRC 2 I = [1(0) + 2(3)2 + 3(0)] kg m2 = 18 kg m2 =====O0O===== Soal-soal : 1. Keseimbangan sebuah benda ditentukan oleh : 1. Resultan gaya yang beraksi pada benda 2. Momen kelembaman benda 3. Resultan momen yang beraksi pada benda 4. Sifat-sifat dinamik benda Pernyataan yang benar ... A. 1,2 dan 3 D. 4 saja B. 1 dan 3 E. Semuanya C. 2 dan 4 2. T2 T1 A B C D Sebuah balok mempunyai panjang 4 meter dan beratnya 100 N digantung seperti gambar diatas. Jika AB = ½ m, BC = 2m dan CD = 3/2 m. Perbandingan tegangan tali T1 dan T2 adalah : A. 1 : 3 D. 3 : 1 B. 1 : 2 E. 4 : 1 C. 2 : 1 3. Sebuah benda dikatakan berada dalam keadaan setimbang, apabila benda itu tidak memiliki A. kecepatan D. momentum B. energi potensial E. percepatan C. energi kinetik 4. Resultan kedua gaya sejajar yang terlihat pada diagram di bawah ini terletak pada x = A. 0,6 m D. 2,1 m B. –2,8 m E. 1,2 m C. 1,4 m Y F1 = 8 N F2 = 12 N -1 0 1 2 3 X 5. Sebuah tangga homogen AB yang panjangnya 5 m dan beratnya w. Ujung A disandarkan pada dinding licin dan ujung B bertumpu pada lantai kasar (lihat gambar). Jika tangga dalam keadaan seimbang, maka koefisien gesek antara lantai dan tangga besarnya … A 5 m O 4m B A. 1 : 3 D. 3 : 1 B. 3 : 2 E. 4 : 1 C. 2 : 3 6. Sebuah gaya F = 2i – 4j + 3k berada pada posisi r = 2i – 3j + 5k dari sumbu koordinat dengan i,j dan k menyatakan vektor satuan dalam arah sumbu x , y dan z, Vektor momen gayanya…. A. 4i – 11j + 2k D. -11i – 4j + 2k B. -2i + 4j - 11k E. 4i – 4j + 3k C. 11i + 4j - 2k F1 = 80 N 7. A B 2 m 2 m F2 = 120 N F3 = 60 N Perhatikan gambar diatas ! resultan gaya batang diatas adalah …… A. 100 N (ke atas) B.– 100 N (ke bawah) C. 80 N (ke atas) D. –160 N (ke bawah) E. –180 N (ke bawah) 8. Pengertian dibawah ini benar, kecuali …. A. kopel adalah pasangan dua buah gaya yang sejajar, sama besar dan berlawanan B. pengaruh kopel terhadap sebuah benda memungkinkan benda tersebut berotasi C. momen kopel adalah perkalian antara gaya dengan jarak antara kedua gaya tersebut D. momen kopel merupakan besaran skalar, akan bernilai positif bila arah putarannya searah dengan jarum jam
  • 12. E. satuan momen kopel tidak dapat dituliskan joule meskipun dimensinya sama dengan energi 9. Sebuah cincin bermassa 20 gram berjari- jari 3 cm seperti gambar, besarnya momen inersia adalah … R 10. Batang bersandar pada dinding kasar (µ = 1/4) dan bertumpu pada lantai yang juga kasar seperti pada gambar. Bila diketahui AC = 5 m, CB = 3m, maka koefisien gesek di titik A adalah …. C B A 11. Besar tegangan tali P adalah … 450 P w = 300 N 12. P Q S R Benda-benda yang mengalami keseimba ngan labil ialah ... A. P dan S D. P, Q dan R B. Q dan S E. P,Q dan S C. Q dan R 13. Koordinat titik berat bidang yang diarsir adalah ... Y 8 6 X A. (1,68 , 2,88) D. (1,04 , 4,02) B. (2,88 , 1,68) E. (5,78 , 3,86) C. (3,83 , 4,65) 14. Titik berat benda batang homogen yang bentuk dan posisinya diperlihatkan pada gambar di bawah adalah … y 40 cm 40 cm 40 cm 40 cm x A. (10,50) D. (10,60) B. (20,50) E. (20,60) C. (50,10) 15. Koordinat titik berat bidang berikut ini adalah … r r A. π r2 D. π r5 B. π r3 E. π r6 C. π r4 16. Dua benda, masing-masing bermassa m1 = 4 kg dan m2 = 4 kg dihubungkan dengan katrol yang massanya 4 kg seperti pada gambar. Jika permukaan bidang miring AB licin, percepatan benda m1 dan m2 adalah … B m1 m2 300 A C A. 1,0 m/dt2 D. 2,2 m/dt2 B. 1,5 m/dt2 E. 2,5 m/dt2 C. 2,0 m/dt2 A. 200 x 10-5 kg m2 D. 18 x 10-5 kg m2 B. 180 x 10-5 kg m2 E. 1,8 x 10-5 kg m2 C. 60 x 10-5 kg m2 A. 4/7 D. 7/3 B. 7/4 E. 2/7 C. 3/7 A. 150 N D. 300 N B. 200 N E. 350 N C. 250 N
  • 13. Sistem terdiri dari bola A, B dan C yang posisinya seperti pada gambar mengalami gerak rotasi. Massa bola A, B dan C masing-masing 3 kg, 4 kg dan 2 kg. Momen inersia sistem tersebut jika BC = 0,4 m adalah … 17. Sebuah cincin dengan massa 0,3 kg dan jari-jari 0,5 m menggelinding di atas permukaan bidang miring yang membentuk sudut 300 terhadap bidang horisontal. Cincin tersebut dilepas dari keadaan diamnya pada ketinggian 5 m secara tegak lurus dari bidang horisontal. Berapa kecepatan linear cincin tersebut sewaktu mencapai horisontal ? A. 2,5 m/s D. 5 √3 m/s B. 5 m/s E. 10 m/s C. 5 √2 m/s 18. A B Benda A adalah silinder pejal bermassa 8 kg, sedang benda B bermassa 3 kg, jika gesekan katrol diabaikan dan silinder A menggelinding sempurna, maka tegangan tali adalah … A. 10 N D. 20 N B. 14 N E. 24 N C. 18 N 19. B 600 600 A 300 C A. 0,04 kgm2 D. 0,28 kgm2 B. 0,18 kgm2 E. 0,96 kgm2 C. 0,24 kgm2 20. Dua benda bermassa m1 dan m2 dihubung kan oleh seutas tali ringan melalui dua buah katrol identik, tiap katrol memiliki momen inersia I. Jika m2 lebih besar dari dari m1, tentukan percepatan yang dialami tiap benda. T2 T1 T3 m1 m2 A. ( ) 221 12 R I 2mm gmm ++ + B. ( ) 221 12 R I 2 1 mm gmm ++ + C. ( ) 221 12 R I mm gmm ++ + D. ( ) 221 12 R I mm gmm ++ − E. ( ) 221 12 R I 2mm gmm ++ − =====O0O=====