Dokumen ini membahas transformasi struktural ekonomi Indonesia dari sektor pertanian berproduktivitas rendah ke sektor industri dan jasa berproduktivitas tinggi. Transformasi struktural yang berhasil antara tahun 1970-1990 meningkatkan produktivitas dan menurunkan kemiskinan secara signifikan. Namun, setelah krisis 1997, transformasi struktural kehilangan momentum dengan banyak pekerja masuk sektor jasa rendah produktivitas. Pemerintah kini berupaya meningkat
2. APA ITU TRANSFORMASI STRUKTURAL
Transisi ekonomi dari produktivitas rendah dan kegiatan ekonomi
padat karya ke produktivitas yang lebih tinggi dan kegiatan padat
keterampilan.
3. MENGAPA HARUD BERTRANSFORMASI?
• Sebagai sumber pertumbuhan produktivitas yang lebih tinggi dan
peningkatan pendapatan per kapita, juga mekanisme yang membantu
mencapai keragaman struktur ekonomi yang lebih besar, yang
menciptakan ketahanan suatu negara terhadap kerentanan terhadap
kemiskinan dan guncangan eksternal (UNIDO, 2012 ).
• Transformasi struktural didukung sebagian besar oleh institusi dan
kebijakan yang mempromosikan pengembangan, adopsi dan
penggunaan teknologi untuk mengubah apa yang dihasilkan ekonomi
dan bagaimana melakukannya. Spesialisasi, produktivitas, dan
pertumbuhan memicu proses aglomerasi, spesialisasi lebih lanjut, dan
kemajuan teknologi.
10. KONSEP TRANSFORMASI STRUKTUR
Ekonom telah lama mencari pola yang menghubungkan keberhasilan
pembangunan ekonomi dengan struktur dan kebijakan (Syrquin dan
Chenery 1989).
Simon Kuznets (1959): keberadaan faktor umum, transnasional dan
mekanisme interaksi antar negara yang akan menghasilkan tatanan
sistematis dalam cara pertumbuhan ekonomi modern dapat
diharapkan menyebar ke seluruh dunia
Salah satu temuan paling mencolok dari pendekatan komparatif
terhadap pembangunan ekonomi ini adalah “hubungan terbalik
universal antara pendapatan dan bagian pertanian dalam pendapatan
dan pekerjaan” (Syrquin dan Chenery 1989).
11. TANTANGAN UNTUK TRANSFORMASI
STRUKTURAL
Infrastruktur yang belum baik merata
Ketersediaan kapasitas manusia yang terbatas
Investasi yang kurang memadai
Tantangan dalam permodala
Kerangka hukum dan peraturan yang kurang mendukung
12. PDB 2012
- 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 1,600,000 1,800,000 2,000,000
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Pengadaan Listrik dan Gas
Jasa lainnya
Jasa Perusahaan
Real Estate
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Jasa Pendidikan
Informasi dan Komunikasi
Transportasi dan Pergudangan
Jasa Keuangan dan Asuransi
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Konstruksi
Pertambangan dan Penggalian
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Industri Pengolahan
13. PDB 2022
- 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 3,000,000 3,500,000 4,000,000
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang
Pengadaan Listrik dan Gas
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
Jasa Perusahaan
Jasa lainnya
Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
Real Estate
Jasa Pendidikan
Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
Jasa Keuangan dan Asuransi
Informasi dan Komunikasi
Transportasi dan Pergudangan
Konstruksi
Pertambangan dan Penggalian
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
Industri Pengolahan
18. KONTRIBUSI SEKTOR UTAMA
11.61
11.01
9.83
7.65
7.18 7.58
8.08
7.26
6.43
8.97
12.22
21.45 21.03 21.08 20.99
20.52 20.16 19.86 19.70 19.87
19.24
18.34
-
5.00
10.00
15.00
20.00
25.00
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B. Pertambangan dan Penggalian
C. Industri Pengolahan G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
F. Konstruksi H. Transportasi dan Pergudangan
19. SUB SEKTOR PERTANIAN
3.55 3.48
3.25
3.45
3.43
3.23
3.03
2.82
3.07
2.60
2.32
3.75 3.75 3.77 3.52 3.46
3.47
3.30 3.27
3.63
3.94
3.76
-
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
4.00
4.50
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
a. Tanaman Pangan b. Tanaman Hortikultura c. Tanaman Perkebunan d. Peternakan e. Jasa Pertanian dan Perburuan
20. PERTAMBANGAN DAN INDUSTRI PERTAMBANGAN
11.61
11.01
9.83
7.65
7.18
7.58
8.08
7.26
6.43
8.97
12.22
3.46 3.29 3.19
2.78
2.31 2.28 2.24 2.13 1.99 1.88 1.86
-
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Pertambangan dan Industri Pertambangan
Pertambangan dan Penggalian Industri Batubara dan Pengilangan Migas
21. SUB SEKTOR INDUSTRI NON PERTAMBANGAN
5.31
5.14
5.32
5.61
5.97
6.14 6.25 6.40
6.84
6.61
6.32
-
1.00
2.00
3.00
4.00
5.00
6.00
7.00
8.00
2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
1. Industri Makanan dan Minuman 2. Industri Pengolahan Tembakau
3. Industri Tekstil dan Pakaian Jadi 4. Industri Kulit, Barang dari Kulit dan Alas Kaki
5. Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya 6. Industri Kertas dan Barang dari Kertas; Percetakan dan Reproduksi Media Rekaman
7. Industri Kimia, Farmasi dan Obat Tradisional 8. Industri Karet, Barang dari Karet dan Plastik
9. Industri Barang Galian bukan Logam 10. Industri Logam Dasar
36. PENUTUP
Kinerjanya yang luar biasa dalam transformasi struktural dan pertumbuhan inklusif antara tahun 1970-an dan paruh pertama tahun 1990-an menjadikan Indonesia sebagai salah satu
dari delapan ekonomi Asia berkinerja tinggi yang disebut-sebut oleh Bank Dunia (1993) sebagai sebuah MIRACLE.
Selama dua dekade sejak pertengahan 1970-an dan seterusnya, transformasi struktural yang meningkatkan pertumbuhan di Indonesia berlangsung dinamis, dengan sektor
manufaktur yang mendorong produktivitas dan pertumbuhan lapangan kerja. Tingkat kemiskinan menurun secara signifikan, dengan penurunan atau ketimpangan yang
rendah dan stabil.
Ketegangan Kuznetsian (Kuznets 1955) lemah dan situasi ekonomi tidak berbahaya. Sebagai perbandingan, periode pasca Krisis Keuangan Asia melihat transformasi struktural
kehilangan dinamisme, dengan subsektor jasa yang relatif rendah produktivitas menyerap banyak pekerja. Ketegangan Kuznetsian juga lemah selama periode ini tetapi situasi
ekonomi jauh lebih buruk dibandingkan periode sebelumnya. Menanggapi tren transformasi struktural dan pertumbuhan inklusif akhir-akhir ini, pemerintah Indonesia mulai
mengambil peran yang lebih kuat dalam mengatasi tantangan pembangunan selama tahun 2010-an.
Tujuan utamanya adalah mengubah tren transformasi struktural dan ketimpangan selama dua dekade terakhir, yang dapat digambarkan sebagai 'jurang', menjadi 'penurunan' seperti
yang dialami Indonesia antara pertengahan 1970-an dan pertengahan 1990-an. Untuk mencapai hal tersebut, pemerintah memerlukan strategi untuk menciptakan lapangan kerja
yang lebih formal melalui perluasan kegiatan yang berproduktivitas tinggi. Meskipun strategi ini penting dalam hal transformasi struktural dan pertumbuhan inklusif, strategi ini juga
dapat berdampak positif pada peningkatan pendapatan pemerintah yang sangat dibutuhkan untuk mengejar kebijakan pembangunan.