SlideShare ist ein Scribd-Unternehmen logo
1 von 138
MUHAMMAD HADI
Jalan Toa Alfalah No. 66 Rt.002/Rw.010
Kel. Harapan Jaya, Kec. Cibinong, Kab. Bogor
Hp. 0856 9764 9137 -0812 8648 4431
Mail :
- hadi@allsys-solutions.com / hadi_alc@yahoo.com
- Facebook : alc.allsys@yahoo.com; IG : hadi.lc21
ALLSYS Head Office
Gedung Balanta Budiprima
Utan Kayu Raya 102 Lt. 2, Matraman,
Jakarta Timur 13120
ALLSYS Operational Office
Ruko Harapan Indah Blok AA-01
Kota Harapan Indah - Bekasi - Indonesia 17151
Telp. 021-88865924, 88865925 Fax. 021-88865923
ALLSYS LEARNING CENTER
Cikopo Selatan 50, Gadog, Bogor, Jawa Barat
BAYU SUGARA
ALLSYS Head Office
Gedung Balanta Budiprima
Utan Kayu Raya 102 Lt. 2, Matraman,
Jakarta Timur 13120
ALLSYS Operational Office
Ruko Harapan Indah Blok AA-01
Kota Harapan Indah - Bekasi - Indonesia 17151
Telp. 021-88865924, 88865925 Fax. 021-88865923
ALLSYS LEARNING CENTER
Cikopo Selatan 50, Gadog, Bogor, Jawa Barat
Your trusted service in
management solutions
Pelatihan ini sesuai dengan UU No. 1 tentang
Keselamatan kerja tahun 1970, UU No. 13 tahun 2003
tentang ketenagakerjaan, Peraturan Menteri
Ketenagakerjaan RI Nomor 09 Tahun 2016 tentang K3
Pekerjaan Pada Ketinggian, dan. PT Allsys Solutions sebagai
perusahaan Jasa K3 yang ditunjuk oleh Menakertrans-RI
dan pemegang lisensi dari lembaga-lembaga training dalam
peningkatan kompetensi tenaga kerja, membangun fasilitas
pelatihan yang memadai dan melakukan pelatihan-
pelatihan secara konsisten sesuai dengan standar yang
ditetapkan.
LATAR BELAKANG
• Allsys Consulting (AC)
• Allsys Training Center (ATC)
• Allsys Leaning Center (ALC)
• Allsys Public Training (APT)
• Tempat Uji Kompetensi (TUK)
• Allsys Indonesia (PT AI)
• Allsys Crew Management (PT ACM)
• Allsys Logistic (PT ALS)
• International Management Practice (IMP) – PT IMP
• World Management System - Certification (PT WMS)
• Hotel Soen Puncak (WCW)
• Mitrakon (PT WMK)
Allsys
Solutions
Bussiness
Divisions
& Group
Bisnis Divion
Allsys Solutions
Allsys Learning Center - ALC
Pusat Pelatihan HSE di Kawasan
Puncak Bogor untuk training Sertifikasi
- Sertifikasi Bekerja di ketinggian
- TI
- Rigging
- First aid
- Scafolding
- Confined Space, dll.
SERTIFIKASI
• Sertifikat Kompetensi* bekerja diketinggian (Working at
Height) dari Menakertrans- RI
• dan Allsys International Certified.
*Setelah adanya penambahan pengetahuan, peningkatan kemampuan dan perubahan
sikap k3 selama pelatihan. Maka, peserta akan dinyatakan lulus.
*Peserta pelatihan yang dinyatakan kompeten dapat mengakses langsung sertifikat
melalui internet.
SUSUNAN KEGIATAN PELATIHAN
PERSYARATAN PESERTA
- Mengisi formulir pendaftaran
- Mengisi pernyataan
- Surat Non Reacktif COVID-19
- Foto Copy KTP
- Foto Copy Ijazah terakhir (min SD)
- Berpakaian Rapih
- Menggunakan Sepatu
PERATURAN
 Tidak mengganggu Jalannya pelatihan.
 Tidak merokok didalam ruang maupun diarea
pelatihan.
 Tidak mengangkat telp pada saat didalam ruangan.
 Tidak meninggalkan area pelatihan.
 NAMA :
 PERUSAHAAN :
 TRAINING YG PERNAH DIIKUTI :
 HARAPAN :
PARTISIPAN
IDENTIFIKASI
BAHAYA RESIKO
TUJUAN MATERI
IDENTIFIKASI DALAM KEGIATAN AKSES TALI
 Mengetahui proses bekerja dengan akses tali
 Memahami potensi bahaya bekerja dengan akses tali
 Mampu membuat daftar bahaya resiko
 Mampu membuat daftar pengendalian bahaya dan resiko
“UPAYA UNTUK MENGETAHUI, MENCARI SERTA
MENILAI APA YANG MENJADI POTENSI ATAU
SUMBER BAHAYA YANG DAPAT MENYEBABKAN
TERJADINYA KERUGIAN, KERUSAKAN, CIDERA
BAHKAN DAPAT MENGAKIBATKAN KEMATIAN”
IDENTIFIKASI BAHAYA
(HAZARD IDENTIFICATION)
“SEBUAH POTENSI BAHAYA YANG ADA DITEMPAT
KERJA YANG TERJADI AKIBAT HILANGNYA
KESEIMBANGAN ATAU TUMPUAN SAAT BERADA PADA
POSISI DIKETINGGIAN”
Resiko yang ditimbulkan dapat berupa cidera ringan
bahkan Kematian
BAHAYA JATUH
BAHAYA JATUH
Jatuh dari tempat tinggi
 Jatuh dari tangga
 Jatuh dari permukaan lantai kerja yang tinggi
 Jatuh dari lantai kerja yang terbuka (lubang)
 Jatuh dari struktur/bangunan yang tinggi
Jatuh dari permukaan yang sama tinggi
 Jatuh karena terpeleset
 Jatuh akibat tersandung
Tertimpa benda yang jatuh dari atas
 Benda yang diletakkan pada tempat tidak aman
 Tidak dilakukannya pengekangan atau pengikatan benda
LOKASI POTENSI BAHAYA JATUH
Kecelakaan terjatuh dapat terjadi :
 saat tenaga kerja menuju tempat kerja
 saat bekerja dan
 meninggalkan tempat kerja
Lokasi yang paling mungkin menyebabkan kecelakaan jatuh
diantaramya:
 Saat berada pada tangga atau struktur untuk akses menuju
ketinggian
 Saat berada pada lantai kerja/area kerja; jatuh akibat permukaan licin
atau tersandung
 Saat berada pada tali lintasan kerja dan keselamatan (jalur
penambat); Tali terlepas dari angkur, tali putus akibat terkena sudut
tajam, sabuk tubuh atau alat penahan jatuh tidak berfungsi karena
rusak atau terlepas dari tali.
21
SUMBER POTENSI BAHAYA JATUH
☻ Orang
 Melakukan kecerobohan, kelalaian, bekerja tidak sesuai SOP
 Tidak memiliki keahlian dalam penggunaan sistem
☻ Sistem
 Kegagalan sistem akibat kesalahan pemasangan dan
penggunaannya
 Tidak menggunakan peralatan dengan kesesuaian standar
 Komponen alat dalam sistem yang gagal produksi
 Menggunakan peralatan yang rusak dan kadaluarsa
☻ Lingkungan kerja
 Orang lain berada diarea kerja yang dapat merugikan, struktur
bangunan yang tidak menunjang atau terjadinya kebakaran
dilingkungan kerja.
22
Sumber potensi bahaya jatuh
☻ Peralatan kerja
 Menggunakan bahan/material dengan unsur api, kimia atau
material tajam yang membahayakan sistem akses tali yang
sedang digunakan serta perlakuan peralatan kerja yang tidak
aman yang dapat menimbulkan bahaya terhadap orang lain
seperti alat kerja jatuh dan menjatuhkan alat kerja.
☻ Alam
 Adanya angin, hujan, gempa bumi, binatang yang dapat
merugikan tenaga kerja
23
HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO K3
☻ Eliminasi
Menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya
☻ Substitusi
 Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta
 Proses menyapu diganti dengan vakum
 Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen
 Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan
☻ Rekayasa Teknik
 Pemasangan alat pelindung mesin
 Pemasangan general dan local ventilation
 Pemasangan alat sensor otomatis
24
☻ Pengendalian Administratif
 Pemisahan lokasi
 Pergantian shift kerja
 Pembentukan sistem kerja
 Pelatihan karyawan
☻ Alat Pelindung Diri
 Helmet
 Safety Shoes
 Ear plug/muff
 Safety goggles
 Fullbody Harness
Hirarki Pengendalian Risiko K3
BAHAYA RESIKO DAN PENGENDALIANNYA
Bahaya resiko Prosedur/Tindakan Aman
Terjepit Kantrol saat pemasangan
diatas
Kepala Pekerja Tertimpa Kantrol dari
atas
 Menggunakan Sarung Tangan
 Menggunakan helm keselamatan yang standart
PENGETAHUAN KONDISI
KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG
(SUSPENSION INTOLERANCE)
TUJUAN MATERI
PENGETAHUAN KONDISI KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG
(SUSPENSION INTOLERANCE)
 Tenaga kerja memahami akibat dari kondisi ketidaktahanan
saat tergantung
 Dapat melakukan pencegahan dan mampu melakukan
tindakan penyelamatan untuk diri sendiri
Seorang pekerja pada ketinggian yang
menggunakan sabuk tubuh akan mendapat
gangguan kesehatan dalam penggunaannya saat
jatuh atau tergantung pada sabuk tubuh
tersebut.
Hal ini disebabkan karena tubuh pekerja akan
terhimpit/terjepit oleh sabuk tubuh tersebut
sehingga aliran darah dalam tubuh terhambat
dan dapat berakibat fatal.
KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG
PENYEBAB DAN AKIBAT
KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG
Dimana terjadinya penangguhan sementara
yang menyebabkan berhentinya darah pada
pembuluh darah besar atau utama disekitar
pangkal paha.
Sehingga mekanisme pemompaan darah
menuju dan dari jantung terganggu dengan
durasi yang lama.
 Kulit Dingin, Lembab, Pucat
 Mual / Muntah
 Lemas
 Pusing
 Nafas dangkal dan tidak teratur
 Denyut nadi Cepat (> 100 x / menit ) kemudian
melemah, lambat dan hilang.
 Kesadaran menurun bahkan dapat kehilangan
kesadaran
GEJALA – GEJALA
KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG
PENANGANAN
KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG
 Pemasangan sabuk tubuh tidak terlalu ketat/kencang
 Menggerakkan kaki saat duduk tergantung pada sabuk
tubuh untuk mengurangi resiko
 Gunakan bantalan pada sabuk tubuh bagian paha untuk
membantu penyebaran beban
TINDAKAN PERTOLONGAN
KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG
Salah satu cara tindakan pertolongan
ketidaktahanan tergantung adalah dengan
memberikan bantuan pijakan/platform untuk
mengurangi tekanan atau himpitan sabuk tubuh,
guna mengembalikan darah mengalir ke jantung.
Strap Pijakan pada gambar hanya alat bantu
sementara
Ingat!!! Strap pijakan pada gambar tersebut TIDAK
menghilangkan semua risiko ketidaktahanan
tergantung, juga tidak menghilangkan kebutuhan
untuk penyelamatan lanjutan.
TINDAKAN PERTOLONGAN
KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG
PRINSIP
PENERAPAN FAKTOR JATUH
(FALL FACTOR)
TUJUAN MATERI
SIMPUL DAN ANGKUR DASAR
 Tenaga kerja mampu menghitung faktor jatuh untuk dapat
mengetahui dampak yang ditimbulkan serta tenaga kerja
dapat menghitung titik pemasangan peralatan dengan baik,
benar dan aman sehingga resiko terjadinya cedera dapat di
minimalisasi.
FAKTOR JATUH
Perkiraan nilai sebagai hasil dari evaluasi
bahaya dan resiko yang terjadi pada
keadaan tertentu disaat bekerja
diketinggian (saat tenaga kerja terjatuh)
• Dalam beberapa referensi (EN standar)
bahwa batas maksimal tubuh manusia
dapat menerima dampak kekuatan hentak
adalah 6 KN atau sebesar ± 600 kgf dengan
berat badan 80-100 kg.
• Sedangkan untuk dampak kekuatan hentak
4 KN atau sebesar ± 400 kgf dengan berat
badan 50-80 kg
Fall Faktor
Fall Factor (FF) = Panjang jarak posisi awal orang jatuh sampai posisi terakhir jatuh (Jarak Jatuh)
Panjang tali yang menghubungkan orang dengan angkur (Panjang Lanyard)
Secara teori mengitung faktor jatuh adalah panjang jarak posisi
awal orang jatuh sampai posisi terakhir jatuh atau menggantung
DIBAGI panjang tali pengait yang digunakan untuk penghubung
orang jatuh dengan angkur
Diagram Fall Factor
Fall Factor 0
Peletakan pengait diatas Kepala
Setelah Jatuh
Sebelum Jatuh
Angkur yang digunakan untuk mengkaitkan tali penghubung antara angkur dan
sabuk tubuh berada diatas kepala tenaga kerja. Jarak jatuh menjadi pendek
sehingga dampak kekuatan hentak yang diterima kecil.
Setelah Jatuh
Sebelum Jatuh
Peletakan pengait sejajar bahu
Fall Factor 1
Angkur yang digunakan untuk mengkaitkan tali penghubung antara angkur dan
sabuk tubuh berada sejajar dengan titik jatuh pada sabuk tubuhtenaga kerja.
Peletakan pengait sejajar kaki
Setelah Jatuh
Sebelum Jatuh
Fall Factor 2
Angkur yang digunakan untuk mengkaitkan tali penghubung anatara angkur
dan sabuk tubuh berada dibawah/diposisi kaki tenaga kerja. Dalam situasi
seperti ini jika memungkinkan penggunaan faktor jatuh ini dihindari karena
dampak dari hentakan yang akan diterima tenaga kerja akan besar
Fall Factor 3
Dalam hal ini terjadi maka jarak jatuh
melebihihi daripada panjangtali
penghubung anatara angkur dan sabuk
tubuh. Dampak dari hentakan yang akan
diterima tenaga kerja akan SANGAT BESAR,
maka jangan masuk pada situasi faktor
jatuh 3 karena resiko kematian sangat
mungkin terjadi dan perlu diingat bahwa
seluruh peralatan penahan jatuh hanya
dilakukan test pada faktor jatuh 2
Ep = M(kg) x H x G
(M = Massa, H = Ketinggian jatuh, G = Gravitasi)
CONTOH SOAL FALL FACTOR
Seorang pekerja terjatuh dari platform yang tingginya 100
meter dari permukaan tanah tetapi pekerja tersebut
terselamatkan oleh alat penahan jatuh yang disebut hook
lanyard with absorber yang panjangya 180 cm karena
pemakaiannya benar maka jarak jatuh pekerja tersebut secara
bebas dan menggantung pada alat tersebut 180 cm
- Hitung berapakah fall faktor yang dialami oleh pekerja
tersebut sebelum absorber terbuka
- hitung berapa fall faktor yang dialami oleh pekerja tersebut
setelah peredam kejut (absorber) terbuka sepanjang 30 cm
CONTOH SOAL FALL FACTOR
Seorang pekerja terjatuh dari platform yang tingginya 100
meter dari permukaan tanah tetapi pekerja tersebut
terselamatkan oleh alat penahan jatuh yang disebut hook
lanyard with absorber yang panjangya 180 cm karena
pemakaiannya benar di batas dada maka jarak jatuh pekerja
tersebut secara bebas
- Hitung berapakah fall faktor yang dialami oleh pekerja
tersebut sebelum absorber terbuka
- hitung berapa fall faktor yang dialami oleh pekerja tersebut
setelah peredam kejut (absorber) terbuka sepanjang 30 cm
CONTOH SOAL FALL FACTOR
Seorang pekerja terjatuh dari platform yang tingginya 100
meter dari permukaan tanah tetapi pekerja tersebut
terselamatkan oleh alat penahan jatuh yang disebut hook
lanyard with absorber yang panjangya 180 cm karena
pemakaiannya benar sejajar dengan kaki maka jarak jatuh
pekerja tersebut secara bebas
- Hitung berapakah fall faktor yang dialami oleh pekerja
tersebut sebelum absorber terbuka
- hitung berapa fall faktor yang dialami oleh pekerja tersebut
setelah peredam kejut (absorber) terbuka sepanjang 30 cm
Jarak Jatuh Bebas
Jarak Jatuh Bebas
Jumlah jarak vertikal dari pekerja mulai jatuh dengan
tenaga gravitasi dan hanya ditahan oleh udara, mulai dari
awalan jatuh hingga tertahan.
Jarak bebas yang dibutuhkan
Jarak yang diperlukan di bawah pekerja untuk mencegah
benturan dengan tanah atau struktur.
Jarak Jatuh bebas/Fall Distance
Jarak Jatuh
A = Panjang Tali Pengait
B = perpanjangan Peredam
C = Jarak antara dorsal dan kaki pekerja
D = Jarak aman dari dasar
A
B
C
D
FC/FD = A+B+C+D
Hal yang perlu diperhatikan saat bekerja Di Ketinggian
• Panjang Tali tubuh Maksimal 2 meter
• Potensi jarak jatuh harus dikurangi.
• Hindari benturan saat terjatuh
• Hindari pemasangan pengaman pada faktor 2
Jatuh Aman/Fall Clearance
Contoh, jarak aman jatuh
menggunakan Lanyards
absorber saat menahan beban
jatuh,
Jika pekerja menggunakan
lanyards absorber dengan
panjang 1,5 m (termasuk
karabiner) dibutuhkan jarak
aman ketinggian kerja 5,1 m dari
permukaan lantai.
SISTEM PENCEGAHAN JATUH
CONTOH SOAL FALL CLEARENCE
Hitung fall clearence seorang pekerja, jika
diketahui panjang hook absorber lanyard pekerja 180
cm dicantolkan pada titik yang sudah benar, kemudian
tinggi pekerja masing-masing disesuaikan dengan
pekerja (diri sendiri), pada saat bekerja absorber
pekerja tersebut terbuka 40 cm, berapa jarak aman
jatuh pekerja tersebut jika jarak jatuh dari kaki pekerja
ke tanah 100 cm?
TUJUAN MATERI
SIMPUL DAN ANGKUR DASAR
 Memberikan keterampilan dalam membuat simpul yang
benar dan aman pada sistem akses tali
 Memberikan pemahaman fungsi dari simpul
 Memberikan pemahaman penggunaan angkur
 Memberikan keterampilan dalam pemasangan angkur pada
sistem akses tali
• Simpul Tali merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
pekerjaan di atas ketinggian. Maka didalam pekerjaan
ketinggian kita harus mengetahui jenis-jenis simpul yang
bisa kita gunakan.
• Penggunaan simpul juga dapat menjadi indikator
berkurangnya kekuatan dari tali yang kita gunakan.
• Pastikan setiap pembuatan simpul selalu diberikan tali
lebih minimal 10 cm. Jika tali diikatkan pada simpul
penahan yang berada dibawah penambat dapat dibuat
minimal 30 cm.
SIMPUL TALI
KRITERIA SIMPUL YANG BAIK
1. Simpul mudah untuk dibuat dan serbaguna.
2. Simpul mudah dilihat lilitanan-nya
3. Lilitan pada simpul tidak bergerak dan bergeser saat
dibebani.
4. Simpul mudah diurai atau dilepas setelah digunakan.
5. Simpul yang digunakan dapat mengurangi kekuatan tali
seminimal mungkin.
6. Aman
SIMPUL DASAR
Berdasarkan penempatan dalam penggunaan-nya simpul terbagi
menjadi 2 (dua) :
1. Simpul ujung tali
2. Simpul tengah tali
Simpul ujung tali diantaranya :
1. Simpul penghenti
2. Simpul delapan
3. Simpul sembilan
4. Simpul delapan lingkar ganda
5. Simpul pita
6. Simpul Jerat
Simpul tengah tali
diantaranya :
1. Simpul kupu-kupu
2. Simpul pangkal
3. Simpul tambat
4. Simpul rantai
• SIMPUL DELAPAN (Eight Knot)
Untuk simpul tengah tali/loop, untuk menghubungkan tali
pada angkur, orang atau alat melalui konektor
.
SIMPUL UJUNG TALI
Kekuatan tali yang tersisa setelah disimpul 66% - 77%
• SIMPUL SEMBILAN (Figure Of Nine Knot)
Untuk simpul sembilan berfungsi untuk menghubungkan tali
pada angkur, orang atau alat melalui konektor
SIMPUL UJUNG TALI
Kekuatan tali yang tersisa setelah disimpul 66% - 84%
• SIMPUL DELAPAN LINGKAR GANDA
Untuk simpul delapan lingkar ganda, untuk menghubungkan
tali pada 2 (dua) angkur dengan pembebanan yang sama
besar antar lingkar dengan jarak antar angkur relatif dekat.
Tali dihubungkan dengan konektor
SIMPUL UJUNG TALI
Kekuatan tali yang tersisa setelah disimpul 66% - 82%
• SIMPUL PENGHENTI (STOPER KNOT)
Simpul ini digunakan untuk mengunci bagian bawah atau sisa
ujung pada tali.
Simpul penghenti
SIMPUL UJUNG TALI
• KUPU-KUPU ALPIN (Alpine Butterfly)
Untuk menghubungkan pertengahan tali pada angkur, dapat
juga digunakan bersamaan dengan simpul delapan dengan
jarak relatif jauh
SIMPUL TENGAH TALI
Kekuatan tali yang tersisa setelah
disimpul 61% - 77%
• SIMPUL TAMBAT/JANGKAR (Cow Hitch)
Simpul ini untuk menarik benda, dibuat minimal 5. Bisa juga
untuk penambatan pada webing,
Simpul Tambat (Timber Hitch Knot)
SIMPUL TENGAH TALI
• SIMPUL PANGKAL (Clove Hitch)
Untuk mengikat tali pada tiang atau dapat digunakan untuk
mengangkat beban.
Clove Hitch (Simpul Pangkal)
SIMPUL TENGAH TALI
• SIMPUL RANTAI
Gunanya memperpendek tali, juga berfungsi saat
penyimpanan tali agar tidak kusut.
SIMPUL TENGAH TALI
• SIMPUL JERAT (Two Halp Hitch Knot)
Untuk mengikat tali pada pangkal kayu atau menambatkan
dalam waktu lama.
Two Halp Hitch Knot
SIMPUL UJUNG TALI
• SIMPUL PITA (Tape Knot/Water Knot)
Simpul ini untuk menyambung dua ujung webing atau tali pipih.
SIMPUL UJUNG TALI
Delapan
Tunggal/Simpul
Penghenti
Delapan Ganda (Figur
eight Knot)
Simpul Sembilan
(nine Knot)
Simpul Pangkal (Clove
Hitch)
Simpul
Tambat/Jangkar
Simpul Kupu-kupu
(Buterfly Knot)
Simpul Jerat
Simpul Delapan Lingkar
Ganda (Bunny Knot)
Simpul Rantai
Angkur merupakan komponen utama dalam sistem
akses tali yang akan digunakan untuk pemasangan jalur turun
dan naiknya tenaga kerja ke tempat kerja.
Pemasangan angkur harus benar-benar diperhatikan sehingga
dapat digunakan dan mampu menahan beban
Sesuai dengan peraturan menteri nomor 09 tahun 2016
pasal 28 ayat 2 sistem penambat harus mampu menahan
beban minimal 15 KN
pemasangan angkur adalah tindakan pertama sebelum
bekerja dengan akses tali. Titik pemasangan anngkur harus
disesuaikan dengan karakter angkur yang akan digunakan
ANGKUR
(SISTEM PENAMBAT)
KETERANGAN EN ANZI AS/NZS
Dampak mak. pada tubuh (Max. Force on Body) 6 kN 8 kN 6 kN
Penyebaran syok (Shock absorption) 6 kN 4 kN 6 kN
Penyebaran syok (Shock deployment) 1.75 m 1.1 m 1.75 m
Kekuatan angkur (Anchor strength) 10 kN 22.2 kN 15 kN
Jatuh bebas (Free Fall) 4 m 1.8 m 2 m
PERBANDINGAN STANDAR
EN : Europa National
ANSI : American National Standards Institute
AS/NZS : Australia Standar/New Zealand Standar
Angkur dibagi menjadi 2 (dua) yaitu :
• Angkur permanen
 Dilakukkan pemeriksaan dan pengujian pertama
 Memiliki akte pemeriksaan dan pengujian
 Dilakukan pemeriksaan dan pengujian secara berkala paling
sedikit 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun
• Angkur tidak permanen
Digunakan saat angkur permanen tidak tersedia dan angkur
harus diperiksa serta dipastikan kekuatannya.
ANGKUR
(SISTEM PENAMBAT)
BENTUK ANGKUR ATAU PATOK TAMBAT
PERMANEN
BENTUK ANGKUR ATAU PATOK TAMBAT
TIDAK PERMANEN
PELINDUNG TALI DAN PENAMBAT
Dasar Sudut ideal Sudut baik Sudut kritis
PENGUNAAN SUDUT
(BASIC ANCHOR)
DIAGRAM SUDUT
(VECTOR FORCE CHART)
Besaran Sudut “Y” (derajat) = Beban yang ditahan oleh titik penambat (Kg)
 Tali lintasan yang dibuat harus
tertambat minimal pada 2 (dua)
angkur.
 Tiap angkur yang dibuat harus
menerima beban yang
sama/seimbang
 Perhatikan besaran sudut yang
digunakan karena akan
mempengaruhi beban yang akan
diterima
PEMASANGAN TALI LINTASAN PADA ANGKUR
• Penambat ini dibuat seperti huruf “Y” yang menghubungkan 2
(dua) titik penambat menjadi satu.
• Pemasangan penambat tersebut harus membentuk sebuah
sudut dan dapat men-distribusikan beban secara merata
(pasal 28 ayat 3)
• Dalam pemasangannya simpul yang digunakan menggunakan
simpul delapan lingkar ganda (Bunny Knot)
• Penggunaan sudut angkor diharapkan dapat memenuhi sudut
yang baik yaitu 90 derajat atau kurang.
• Jika dalam implementasinya tidak didapatkan sudut yang baik
dapat digunakan sudut 120 derajat.
PEMASANGAN TALI LINTASAN PADA ANGKUR
Yang harus diperhatikan sebelum memasang atau
menggunakan angkur
 Periksa angkur yang terpasang dengan seksama pastikan tidak terdapat
kerusakan material pada angkur berbahan logam seperti karat, korosi,
aus dan sobek atau benang jahitan yang putus pada material tekstil.
 Pastikan angkur yang terpasang masih dalam batas waktu aman pakai
 Angkur dipasang pada struktur/tiang utama bangunan bukan pada
struktur penunjang seperti dinding, pagar pembatas atau tiang
penyangga
 Tidak terdapat retakan pada struktur utama (material beton/concrete)
yang digunakan untuk pemasangan angkur
 Jika harus menggunakan sling penambat (anchor strap) pastikan tidak
terdapat sudut tajam dan jika terdapat sudut tajam dan harus dipasang
sling penambat WAJIB menggunakan pelindung sudut tajam.
 Pastikan jarak antar angkur tidak terlalu dekat karena akan mebuat
retak struktur conkrit.
PEMILIHAN, PEMERIKSAAN DAN
PEMAKAIAN PERALATAN
AKSES TALI
AKSES TALI
Akses Tali (Rope Access)
merupakan 2 (dua) rangkaian
sistem yang dirancang dengan
menggunakan Tali sebagai alat
untuk tumpuan kerja dan
tumpuan pengaman.
Pemasangan alat-alat kerja dengan Akses
tali harus diperhatikan dengan baik, antara lain
yang perlu diperhatikan :
• Dapat digunakan sebagai akses naik dan turun
pekerja
• Dapat digunakan sebagai akses menaikkan dan
menurunkan barang.
• Aman untuk dilewati oleh semua tim
• Tidak terjadi gesekan dan merusak peralatan
• Siap untuk keadaan Emergency
AKSES TALI
ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
ALAT PENAHAN JATUH PERORANGAN
(APJP)
Hierarchy of Control
PEMILIHAN PERALATAN WAJIB
ALAT PELINDUNG DIRI STRUKTUR AKSES
1. Fullbody Harness
2. Absorber Lanyard
3. Working Positioning Lanyard/Tali Pemosisi Kerja
4. Carabinner Oval / cincin kait
5. Helm / helmet
6. Glove / sarung tangan
PEMILIHAN PERALATAN WAJIB
ALAT PELINDUNG DIRI ROPE ACCESS
1. Fullbody Harness
2. Descender / alat turun
3. Hand Ascender / alat naik
4. Mobile Fall Arrester/Back-up Devices / pengaman
tambahan
5. Chest Ascenders / alat naik di dada
6. Attachment Cow's Tills / lanyard
7. Carabinner Oval / cincin kait
8. Helm / helmet
9. Glove / sarung tangan
10. Tali Kernmantle rope static / tali static
APD/PPE for Rope Access
PELINDUNG KEPALA
• Memiliki chinstrap berbentuk V atau Y
sehingga tidak memudahkan terlepas
dari kepala dan dapat disesuaikan.
• Dapat juga dipasangkan tambahan PPE
seperti senter, pelindung wajah,
pelindung telinga
• Isolasi Kelistrikan
• Tidak adanya halangan pandangan
PELINDUNG MATA
• Lensa anti kabut
• Dilengkapi pelindung bagian
atas
• Dilengkapi dengan eyewear
lanyard
Pelindung mata merupakan bagian penting dari alat pelindung
diri dan harus digunakan jika keadaan mengharuskan seperti
pada aktivitas penyambungan, saat memasang konektor kabel,
memotong, menggerinda dan tekena paparan bahan kimia.
Begitu juga ketika bekerja diketinggian terdapat resiko cidera
pada mata, seperti terkena serpihan partikel-partikel cat, juga
bahaya ultra violet.
PELINDUNG TANGAN
Pelindung tangan harus memiliki kualitas yang baik dan didesain
agar pemakai tetap dapat merasakan objek yang dipegang.
Sarung tangan juga digunakan sebagai perlindungan pada
aktivitas mekanik, pekerjaan distribusi, penanganan material,
pekerjaan kelistrikan, dan juga sebagai perlindungan terhadap
permukaan yang tajam. Oleh karena itu jenis sarung tangan
tergantung dari jenis pekerjaannya.
SAFETY SHOES
(Pelindung Kaki)
• Terbuat dari bahan yang nyaman dipakai.
• Anti-static dan resistansi terhadap bahan kimia
atau minyak.
• Penyangga yang tinggi untuk melindungi urat
achilles dan tulang ankle
Sepatu Keselamatan lebih dari sekedar bot atau sepatu dengan pelindung jari
kaki dari baja. Sangatlah penting sistem perlindungan yang memadai
terpenuhi sehingga pekerja mendapat perlindungan yang optimal. Sepatu
Keselamatan harus memberikan perlindungan dari bahaya seperti benda
jatuh, terpeleset, panas, sengatan listrik, benda tajam. Sepatu Keselamatan
harus memenuhi syarat dibawah ini:
Sepatu (safety shoes / protective footwear) dengan
konstruksi yang
kuat dan terdapat pelindung jari kaki dari logam
(steel toe cap), nyaman
dipakai, dan mampu melindungi dari air/basah.
FULL BODY HARNESS
(Alat Pelindung Tubuh)
Lateral
Sternal
Dorsal
Ventral
Full body harness harus nyaman dipakai dan tidak mengganggu gerak
pada saat bekerja, mudah di setel untuk menyesuaikan ukuran.
 Ada banyak desain Full Body Harness dan
perlengkapannya, setiap harness dan perlengkapannya
yang memenuhi persyaratan standard dibawah ini (atau
yang sepadan).
 Terdapat 2 ring D untuk keamanan depan, 1 untuk
keamanan belakang, 2 ring D terdapat samping kiri dan
kanan, fleksibel posisi belt, fleksibel strap pundak dan
paha, fleksible strap dada, bantalan pinggang belakang,
tempat asesoris.
 Posisi D ring yang ergonomi.
FULL BODY HARNESS
(Alat Pelindung Tubuh)
ALAT PENAIK
(ASCENDER)
Suatu alat bantu untuk naik yang
dipasang pada tali digunakan untuk
teknik naik dan digunakan pada jalur
kerja
Cara kerja alat ini adalah ketika
beban bertumpu pada ascender, maka
tali akan terjepit dan ketika beban tidak
bertumpu pada ascender maka akan
mudah digerakan ke atas.
Alat ini memiliki penjepit (camp)
yang berbentuk paku-paku tajam yang
mencengkram tali.
Hand Ascender
Chest Ascender
ALAT PENURUN (DESCENDER)
Alat bantu yang dipasang pada tali
digunakan untuk teknik turun dan alat ini
digunakan pada jalur kerja.
Cara kerja alat ini adalah ketika beban
bertumpu pada descender, maka alat
tersebut akan mengunci secara otomatis.
Sedangkan tuas yang ada merupakan
penggerak untuk mengurangi jepitan pada
tali sehingga pekerja dapat mengendalikan
laju turun.
Alat ini juga dapat digunakan sebagai alat
penahan (belay) pada saat menggunakan
metode terpandu
Sebagai alat penahan jatuh pada tali pengaman (safety line)
saat gerak naik atau gerak turun melalui tali, rope acces.
PENAHAN JATUH BERGERAK
(MOBILE FALL ARESTER)
 Dalam penggunaan alat ini tali yang
terhubung tidak boleh memuntir.
 Setiap alat tersebut memiliki
diameter yang berbeda
TEKNIK MANUVER
PERGERAKAN PADA TALI
TUJUAN MATERI
TEKNIK MANUVER PERGERAKAN PADA TALI
 Memberikan keterampilan dalam melakukan pergerakan
dengan aman dan efektif pada penggunaan sistem akses tali
yang memanfaatkan 2 (dua) tali yang berfungsi sebagai tali
kerja untuk pekerja melakukan naik dan turun menuju tempat
kerja serta tali keselamatan yang difungsikan sebagai tali
pengaman saat tenaga kerja terlepas dari tali kerja baik
terdapat halangan maupun tanpa halangan
Dalam suatu pekerjaan di ketinggian banyak persoalan –
persoalan yang perlu dikendalikan bahaya dan resikonya. Salah
satunya mengenai tempat lokasi bekerja yang sulit dijangkau
dengan akses yang ada.
Sehingga mengharuskan menggunakan akses tali, cara ini
mungkin sebagai solusi jika cara yang lain tidak dapat terpenuhi.
Didalam pelaksanaan-nya perlu adanya berbagai
manuver atau tindakan pergerakan yang membutuhkan tingkat
kehandalan untuk menyelesaikannya. Sehingga dalam pelatihan
ini Tenaga Kerja Tingkat 1 (satu) harus menguasai teknik
manuver dengan baik dan benar.
PENDAHULUAN
Banyak hal yang sering lalai dalam pemasangan APD (alat
pelindung diri) maupun APJP (alat pelindung jatuh perorangan)
seperti :
1. Sabuk tubuh yang longgar
2. Penggunaan tali penghubung yang terlalu panjang/pendek
3. Penempat alat turun tidak pada D ring yang disarankan
4. Cincin kait yang tidak terkunci
Untuk menghidari hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya dan
resiko maka harus dilakukan pengecekan (buddy checking) yang
dilakukan oleh rekan kerja atau orang yang ada disite kita
sebelum mulai pekerjaan atau bergerak pada tali.
Pemakaian dan pemeriksaan perlengkapan
Perlengkapan perorangan serta penempatan alat
pada akses tali
1. Sabuk tubuh/fullbody harnes
2. Penahan jatuh bergerak (mobile fall
arrester)
3. Alat penurun (descender)
4. Alat penaik dada (chest ascender)
5. Alat penaik tangan (hand ascender)
6. Pijakan kaki (foot loop)
7. Tali pengait penahan jatuh
8. Tali pengait penahan beban
9. Tali pengait pendek untuk koneksi
korban
10. Pelindung kepala/helm
11. Pelindung tangan/sarung tangan
PERGERAKAN PADA TALI
1. Menaik pada tali (Ascending)
2. Menurun pada tali (Descending)
3. Berganti arah (Changeover)
4. Melewati simpul pertengahan tali (Mid-Rope Knots)
5. Melewati deviasi penambat tunggal (singgle anchor
Deviation)
6. Melewati penambat ulang (Re-Anchor/Re-Belay)
7. Menaik pada tali menggunakan alat penurun
8. Menurun pada tali menggunakan alat penaik
9. Melewati halangan tepian (Edge Obstructions)
10. Melewati pelindung pertengahan tali (Passing Mid Rope)
11. Berpindah antar tali (Rope to Rope Transfer)
12. Penggunaan Bangku Kerja (Works Seat)
Menaik Pada Tali (Ascending)
Merupakan teknik naik dengan
menggunakan alat penaik pada tali.
Penggunaan teknik ini tenaga kerja harus
dapat menggerakkan alat tersebut dengan
mengangkat tubuh untuk bergerak.
Hal yang perlu diperhatikan :
 Penggunaan alat harus benar dan tepat
 Perhatikan arah alur tali dalam
pemasangannya
 Peralatan juga dapat dipengaruhi oleh
situasi dan kondisi saat bekerja.
 Pastikan sebelum bergerak semua “gate”
sudah terkunci dan terkoneksi dengan
baik.
Menurun Pada Tali (Descending)
Merupakan teknik turun dengan
menggunakan alat penurun pada tali.
Penggunaan teknik ini tenaga kerja harus
dapat mengendalikan kecepatan laju turun
pada alat tersebut.
Hal yang perlu diperhatikan :
 Penggunaan alat harus benar dan tepat
 Perhatikan arah alur tali dalam
pemasangannya
 perlatan juga dapat dipengaruhi oleh situasi
dan kondisi saat bekerja.
 Pastikan sebelum bergerak semua “gate”
sudah terkunci dan terkoneksi dengan baik.
Melewati Deviasi Penambat Tunggal
(Singgle Anchor Deviation)
Merupakan teknik turun dan naik,
keatas atau kebawah. Biasanya metode ini
digunakan hanya pada jarak kerja yang
pendek atau pada saat akan memposisikan
kerja.
Jika dalam jarak kerja yang jauh maka tidak
direkomendasikan karena banyak membuang
energi, sistem ini juga harus dilakukan pada
tali yang bebas sehingga tidak terjadi
puntiran antara tali kerja dan pengaman.
Melewati lintasan ulang (Re-Belay)
Merupakan perpaduan teknik perpindahan tali dengan teknik naik
dan turun, saat melakukan perpindahan beban pada lintasan
pertama ke lintasan berikutnya. Teknik ini biasanya digunakan
tenaga kerja untuk menghindari pendulum/efek ayun yang
membahayakan.
Teknik ini merupakan
penggabungan antara teknik naik
dan teknik turun dengan
pergerakan berpindah pada antar
akses pada tali (rope to rope
transfer). Hal ini merupakan
perpindahan beban dari dari
pertama ke tali kedua untuk
mengurangi efek bayun/pendulum
yang dapat membahayakan tenaga
kerja saat berpindah.
Perpindahan Antar Tali
(rope to rope transfer)
Menaik Pada Tali Menggunakan Alat Penurun
Merupakan teknik turun dan naik,
keatas atau kebawah. Biasanya metode ini
digunakan hanya pada jarak kerja yang
pendek atau pada saat akan memposisikan
kerja.
Jika dalam jarak kerja yang jauh (naik) maka
tidak direkomendasikan karena banyak
membuang energi, sistem ini juga harus
dilakukan pada tali yang bebas sehingga
tidak terjadi puntiran antara tali kerja dan
pengaman.
Menurun Pada Tali Menggunakan Alat Penaik
Merupakan teknik turun dan naik,
keatas atau kebawah. Biasanya metode ini
digunakan hanya pada jarak kerja yang
pendek atau pada saat akan memposisikan
kerja.
Jika dalam jarak kerja yang jauh (turun) maka
maka sistem ini sangat tidak
direkomendasikan sistem ini juga harus
dilakukan pada tali yang bebas sehingga
tidak terjadi puntiran antara tali kerja dan
pengaman.
Bentuk lintasan tali pada sistem akses tali
Lintasan tanpa halangan Lintasan dengan halangan
Alat ini merupakan bagian dari alat bantu kerja untuk
mendapatkan kenyamanan tenaga kerja saat bergelantung
menyelesaikan pekerjaan diketinggian dengan akses tali dalam
waktu yang lama.
Tapi demikian alat ini bukanlah alat utama yang dijadikan alat
pelindung diri yang digunakan.
PENGGUNAAN BANGKU KERJA (WORKS SEAT)
TEKNIK PEMANJATAN PADA
STRUKTUR
TUJUAN MATERI
IDENTIFIKASI DALAM KEGIATAN AKSES TALI
 Memberikan keterampilan memanjat pada struktur dengan
benar serta terampil dalam penggunaan alat perlindungan
jatuh perorangan berupa tali pengait ganda dengan peredam
kejut (absorber lanyard) dan tali pengait pemosisi kerja (work
positioning)
Pekerjaan menggunakan metode akses tali juga masih
menggunakan metode perlindungan jatuh perorangan (fall
protection) hal ini dilakukan untuk mencapai akses menuju dan
keluar dari tempat kerja.
Suatu aktivitas pekerjaan pada ketinggian hendaknya dapat di
analisa terlebih dahulu mengenai teknik yang tepat saat bekerja,
alat yang digunakan, menilai resiko hingga perencanaan
penyelamatan jika terjadi kecelakaan kerja.
Dalam hal ini pemanjatan pada struktur meliputi :
1. Pemanjatan menggunakan Lanyard penahan jatuh (Fall Arrest
Lanyard)
2. Pemanjatan horizontal dengan bantuan (Horizontal Aid
Climbing)
PENDAHULUAN
GERAKAN DASAR MEMANJAT
Untuk dapat bergerak seimbang saat
memanjat struktur dapat menggunakan
teori 3 (tiga) titik kontak (3 point contact) :
 Pertama 2 (dua) lengan dan 1 (satu) kaki
 Kedua 2 (dua) kaki dan 1 (satu) lengan
1 (satu) lengan atau kaki bergerak mencari
tumpuan sehingga memanjat pada struktur
senantiasa seimbang
Dalam pemanjatan struktur terdapat pergerakan dengan bergerak
horizontal dan vertikal yang merupakan pergerakan atau aktifitas
pekerja saat bekerja pada bangunan tinggi.
Dalam hal ini bergerak horizontal dan vertikal menggunakan struktur
bangunan dapat dilakukan dengan beberpa teknik, tergantung pada
kondisi tempat kerja, serta perangkat yang tersedia. Pergerakan tersebut
dapat dilakukan dengan bergerak sebagai berikut :
1. Menggunakan Perangkat penahan jatuh perorangan Vertical
2. Menggunakan Perangkat penahan jatuh perorangan horizontal
3. Menggunakan alat penahan jatuh perorangan dengan tali pengait
ganda dengan peredam kejut
4. Menggunakan perangkat penahan jatuh perorangan dengan
pemanjatan terpandu (lead climbing)
5. Menggunakan perangkat penahan jatuh perorangan dengan tarik
ulur otomatis
Penggunaan perangkat tali pengait ganda dengan peredam
kejut (absorber lanyard) merupakan perangkat sangat
sederhana dalam pengoperasiannya dimana alat ini
dihubungkan pada titik hubung (D ring) yang terletak didada
atau punggung pada sabuk tubuh untuk ke struktur atau pada
struktur guna menahan jatuh tenaga kerja saat pemanjatan
struktur.
Untuk memulai pekerjaan dapat menggunakan tali pengait
untuk posisi kerja dimana tali pengait dilingkarkan atau
dikaitkan pada struktur dan dihubungkan ke titik hubung pada
D ring pinggang.
Penggunaan hook harus selalu dipasang diatas kepala (fall
factor 0)
SISTEM PERLINDUNGAN JATUH PERORANGAN
PADA PEMANJATAN STRUKTUR
PEMANJATAN MENGGUNAKAN
LANYARD PENAHAN JATUH (FALL ARREST LANYARD)
Pergerakan pada struktur menuju tempat kerja Pemosisian kerja
dengan sabuk pengait
BERGERAK VERTIKAL ATAU HORIZONTAL
Teknik bergerak menggunakan alat penahan jatuh perorangan dengan
tali ganda dan peredam kejut (APJP)
1. Pengait harus ditambatkan lebih tinggi dari kepala
atau ditambatkan pada ketinggian sejajar titik jatuh
pada sabuk pengaman tubuh.
2. Kedua tali pengait tidak ditambatkan pada struktur
yang sama.
3. Pengait tidak ditambatkan pada struktur yang
dapat menambah jarak jatuh.
4. Pengait ditambatkan secara bergantian ketika
bergerak, dan
5. Sling angkur dapat dipergunakan apabila pengait
tidak cukup lebar untuk dikaitkan langsung ke
struktur.
Dalam hal ini yang harus dipastikan :
a. Mampu menahan beban jatuh sejumlah pekerja yang terhubung,
b. Jarak bentangan antara titik angkur tidak boleh lebih dari 30 (tiga
puluh) meter
BERGERAK VERTIKAL ATAU HORIZONTAL
Teknik bergerak horizontal menggunakan perangkat penahan jatuh perorangan
BERGERAK VERTIKAL ATAU HORIZONTAL
Teknik bergerak menggunakan alat penahan jatuh perorangan vertikal
1. Pastikan angkur terpasang dengan standar.
2. Pastikan alat penahan jatuh berjalan berfungsi
dengan baik.
3. Lintasan (tali nylon maupun wire rope) terpasang
sesuai standar.
4. Pastikan alat penahan jatuh berjalan terpasang
pada titik jatuh dari sabuk pengaman.
5. Sudut deviasi maksimum dari garis lurus vertikal
tidak boleh lebih dari 15 (lima belas) derajat atau
disesuaikan dengan produk dari alat tersebut.
6. Setiap perangkat hanya digunakan oleh seorang
tenaga kerja.
BERGERAK VERTIKAL ATAU HORIZONTAL
Teknik bergerak menggunakan perangkat penahan jatuh dengan tali pandu
rintisan (lead climbing)
1. Sling angkur harus cukup kuat menahan beban jatuh.
2. Posisi sling angkur pertama harus dipasangkan lebih tinggi dari
pemanjat.
3. Jarak angkur berikutnya dipasangkan tidak lebih dari 2 (dua) meter.
4. Posisi sling angkur terakhir harus diusahakan dipasangkan pada posisi
lebih tinggi dari kepala atau sejajar dengan titik jatuh pada sabuk
pengaman tubuh.
5. Tali keselamatan harus memiliki daya lentur tinggi (dynamic rope).
6. Tali keselamatan terhubung dengan alat pemegang tali yang dapat
mencengkram secara otomatis apabila terbebani.
7. Alat pemegang tali keselamatan terhubung langsung ke angkur atau
pemandu yang mampu menahan beban jatuh.
8. Alat pemegang tali keselamatan dioperasikan oleh pemandu (belayer)
yang mengatur jarak jatuh seminimal mungkin tetapi masih cukup
nyaman untuk bergerak, idealnya alat belay terhubung langsung ke
struktur.
9. Komunikasi antara pemanjat dan pemandu harus terus terjalin.
BERGERAK VERTIKAL ATAU HORIZONTAL
Teknik bergerak menggunakan perangkat penahan jatuh dengan tali pandu top
rope
1. Sling angkur harus cukup kuat menahan beban jatuh.
2. Jarak angkur berikutnya dipasangkan tidak lebih dari 2 (dua)
meter.
3. Pastikan ikatan pada pamanjat terpasang pada titik jatuh
dari sabuk pengaman.
4. Tali keselamatan terhubung dengan alat pemegang tali yang
dapat mencengkram secara otomatis apabila terbebani.
5. Alat pemegang tali keselamatan terhubung langsung ke
angkur atau pemandu yang mampu menahan beban jatuh.
6. Alat pemegang tali keselamatan dioperasikan oleh
pemandu (belayer) yang mengatur jarak jatuh seminimal
mungkin tetapi masih cukup nyaman untuk bergerak,
idealnya alat belay terhubung langsung ke struktur.
7. Komunikasi antara pemanjat dan pemandu harus terus
terjalin
BERGERAK VERTIKAL ATAU HORIZONTAL
Teknik bergerak dengan menggunakan perangkat
penahan jatuh dengan tali ulur tarik otomatis
(retractable lanyard)
1. Pastikan alat terpasang pada angkur yang terpasang
dengan standar.
2. Pastikan alat penahan jatuh berjalan berfungsi dengan
baik.
3. Pastikan alat penahan jatuh berjalan terpasang pada titik
jatuh dari sabuk pengaman.
4. Sudut deviasi maksimum dari garis lurus vertikal tidak
boleh lebih dari 15 (lima belas) derajat atau disesuaikan
dengan produk dari alat tersebut.
5. Setiap perangkat hanya digunakan oleh seorang tenaga
kerja.
6. Harus mempunyai sistem pengunci otomatis yang
membatasi jarak jatuh maksimal 0,6 (nol koma enam)
meter.
Pada saat bekerja diketinggian baik pada lantai
kerja tetap maupun lantai kerja sementara ada
saatnya mengharuskan pekerja bekerja pada
bidang miring atau struktur miring sehingga perlu
diperhatikan keselamatan dan kenyamanan saat
bekerja.
Untuk mengurangi resiko jatuh dan bekerja dapat
bekerja dengan nyaman. Pemosisi kerja dapat
menggunakan tali pemosisi kerja tunggal dan tali
ganda dan dipasang pada ring depan dada dan
ring pinggang kanan dan kiri
TEKNIK BEKERJA AMAN PADA POSISI MIRING ATAU
STRUKTUR MIRING
PEMANJATAN HORIZONTAL DENGAN BANTUAN
(HORIZONTAL AID CLIMBING)
Teknik pergerakan horizontal ini merupakan teknik menuju
lokasi kerja dengan cara menggantung menggunakan lanyard
yang dikaitkan pada penambat maupun angkur.
Dalam pelaksanaan-nya teknik ini menggunakan tangga tali
guna bertumpu untuk melakukan perpindahan. Setiap
melakukan perpindahan pastikan selalu tersedia 2 (dua) titik
point pengaman yang masih mengikat
IZIN KERJA
(WORK PERMIT)
PERSYARATAN K3 BEKERJA PADA
KETINGGIAN
Sesuai dengan permen 09/2016 Pasal 3, wajib
memenuhi persyaratan K3 :
• Perencanaan
• Prosedur Kerja
• Teknik bekerja aman
• APD, Perangkat pelindung jatuh dan Angkur
• Tenaga Kerja
IZIN KERJA (WORK PERMIT)
Izin Kerja diperlukan khusus untuk pekerjaan non-
rutin yang mengandung bahaya/risiko tinggi.
Tujuan dari izin kerja ialah untuk memantau seluruh
potensi bahaya dari area/situasi/aktivitas operasional
di tempat kerja serta untuk memastikan segala
area/situasi/aktivitas pekerjaan berbahaya/berisiko
tinggi sudah terdapat pengendalian sehingga aman
untuk dilangsungkan perkerjaan bersangkutan.
 Memasuki ruang terbatas
Bekerja di ketinggian
 Melakukan kegiatan perbaikan, pemeliharaan, atau pemeriksaan instalasi listrik
 Terdapat potensi suhu ekstrem atau tekanan tinggi
 Pekerjaan dilaksanakan oleh kontraktor
 Mengoperasikan alat berat
 Melakukan kegiatan perbaikan atau pemeliharaan peralatan atau di lokasi yang
mengandung bahan atau kondisi berbahaya
KAPAN IZIN KERJA DIPERLUKAN
PEMOHON
A.
URAIAN PEKERJAAN
B.
IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN
PENGENDALIANNYA (IBPR)
C.
KESIAPSIGAAN DAN RENCANA TANGGAP
DARURAT
D.
RENCANA LANGKAH-LANGKAH PEKERJAAN
E.
PENGESAHAN
F.
PENYELESAIAN
G.
TERIMA KASIH

Weitere ähnliche Inhalte

Was ist angesagt?

10 aturan keselamatan forklift
10 aturan keselamatan forklift10 aturan keselamatan forklift
10 aturan keselamatan forkliftmasruhan
 
Alat Pelindung Diri - K3
Alat Pelindung Diri - K3Alat Pelindung Diri - K3
Alat Pelindung Diri - K3Al Marson
 
K3 Angkat Angkut
K3 Angkat AngkutK3 Angkat Angkut
K3 Angkat AngkutAl Marson
 
Sop overhead crane
Sop overhead craneSop overhead crane
Sop overhead craneWina Indah
 
JSA Materi.pptx
JSA Materi.pptxJSA Materi.pptx
JSA Materi.pptxSalehTeguh
 
Perhitungan & penilaian hse statistik bagian 1 rev.00
Perhitungan & penilaian hse statistik bagian 1 rev.00Perhitungan & penilaian hse statistik bagian 1 rev.00
Perhitungan & penilaian hse statistik bagian 1 rev.00Fitri Ifony
 
Safety Induction new.pptx
Safety Induction new.pptxSafety Induction new.pptx
Safety Induction new.pptxReniMutiaraSari
 
Panduan k3 pengemudi forklift
Panduan k3 pengemudi forkliftPanduan k3 pengemudi forklift
Panduan k3 pengemudi forkliftslametr
 
CONTOH JSA (JOB SAFETY ANALYSIS) K3
CONTOH JSA (JOB SAFETY ANALYSIS) K3CONTOH JSA (JOB SAFETY ANALYSIS) K3
CONTOH JSA (JOB SAFETY ANALYSIS) K3aji indras
 

Was ist angesagt? (20)

Bekerja-Di-Ketinggian.ppt
Bekerja-Di-Ketinggian.pptBekerja-Di-Ketinggian.ppt
Bekerja-Di-Ketinggian.ppt
 
10 aturan keselamatan forklift
10 aturan keselamatan forklift10 aturan keselamatan forklift
10 aturan keselamatan forklift
 
LOTO - LOCK OUT TAG OUT
LOTO - LOCK OUT TAG OUTLOTO - LOCK OUT TAG OUT
LOTO - LOCK OUT TAG OUT
 
Alat Pelindung Diri - K3
Alat Pelindung Diri - K3Alat Pelindung Diri - K3
Alat Pelindung Diri - K3
 
Safety induction
Safety inductionSafety induction
Safety induction
 
LOTO TRAINING.ppt
LOTO TRAINING.pptLOTO TRAINING.ppt
LOTO TRAINING.ppt
 
K3 Angkat Angkut
K3 Angkat AngkutK3 Angkat Angkut
K3 Angkat Angkut
 
Sop overhead crane
Sop overhead craneSop overhead crane
Sop overhead crane
 
K3-Modul 4 : Tanggap Darurat
K3-Modul 4 : Tanggap DaruratK3-Modul 4 : Tanggap Darurat
K3-Modul 4 : Tanggap Darurat
 
JSA Materi.pptx
JSA Materi.pptxJSA Materi.pptx
JSA Materi.pptx
 
Materi Alat Pelindung Diri (APD)
Materi Alat Pelindung Diri (APD)Materi Alat Pelindung Diri (APD)
Materi Alat Pelindung Diri (APD)
 
HIRADC
HIRADCHIRADC
HIRADC
 
Job Safety Analysis
Job Safety AnalysisJob Safety Analysis
Job Safety Analysis
 
Perhitungan & penilaian hse statistik bagian 1 rev.00
Perhitungan & penilaian hse statistik bagian 1 rev.00Perhitungan & penilaian hse statistik bagian 1 rev.00
Perhitungan & penilaian hse statistik bagian 1 rev.00
 
Modul K3
Modul K3Modul K3
Modul K3
 
Safety Induction new.pptx
Safety Induction new.pptxSafety Induction new.pptx
Safety Induction new.pptx
 
Hot work permit
Hot work permitHot work permit
Hot work permit
 
Panduan k3 pengemudi forklift
Panduan k3 pengemudi forkliftPanduan k3 pengemudi forklift
Panduan k3 pengemudi forklift
 
CONTOH JSA (JOB SAFETY ANALYSIS) K3
CONTOH JSA (JOB SAFETY ANALYSIS) K3CONTOH JSA (JOB SAFETY ANALYSIS) K3
CONTOH JSA (JOB SAFETY ANALYSIS) K3
 
Contractor safety management system (csms)
Contractor safety management system (csms)Contractor safety management system (csms)
Contractor safety management system (csms)
 

Ähnlich wie OPTIMALISASI PELATIHAN K3

GUIDELINES CLSR FOR DR rev DRW 021219.pptx
GUIDELINES CLSR FOR DR rev DRW 021219.pptxGUIDELINES CLSR FOR DR rev DRW 021219.pptx
GUIDELINES CLSR FOR DR rev DRW 021219.pptxAepSyaefudin
 
UK_1_Menerapkan_Kesehatan_dan_Keselamatan_Kerja_AWO_ok.pdf
UK_1_Menerapkan_Kesehatan_dan_Keselamatan_Kerja_AWO_ok.pdfUK_1_Menerapkan_Kesehatan_dan_Keselamatan_Kerja_AWO_ok.pdf
UK_1_Menerapkan_Kesehatan_dan_Keselamatan_Kerja_AWO_ok.pdfBabajuHymunkBanjarma
 
laporan praktek acuan perancah
laporan praktek acuan perancahlaporan praktek acuan perancah
laporan praktek acuan perancahvimbhaari
 
Keselamatan kerja daihatsu training center
Keselamatan kerja daihatsu training centerKeselamatan kerja daihatsu training center
Keselamatan kerja daihatsu training centerEko Supriyadi
 
Materi WISE to shopfloor (1).pdf
Materi WISE to shopfloor (1).pdfMateri WISE to shopfloor (1).pdf
Materi WISE to shopfloor (1).pdfhamdanHSE
 
01. Work Habit.ppt
01. Work Habit.ppt01. Work Habit.ppt
01. Work Habit.pptSudyatno1
 
terjemah buku chevron
terjemah buku chevronterjemah buku chevron
terjemah buku chevronqobus
 
MOHD SAMSU ST_AHLI MUDA K3 KONTRUKSI.pptx
MOHD SAMSU ST_AHLI MUDA K3 KONTRUKSI.pptxMOHD SAMSU ST_AHLI MUDA K3 KONTRUKSI.pptx
MOHD SAMSU ST_AHLI MUDA K3 KONTRUKSI.pptxAndikaAchmar
 
Training APD.pptx
Training APD.pptxTraining APD.pptx
Training APD.pptxJo Sqew
 
SOP BENGKEL.docx
SOP BENGKEL.docxSOP BENGKEL.docx
SOP BENGKEL.docxBangAjin1
 
(Excavator) JSA-Mengoperasikan-Excavator.pdf
(Excavator) JSA-Mengoperasikan-Excavator.pdf(Excavator) JSA-Mengoperasikan-Excavator.pdf
(Excavator) JSA-Mengoperasikan-Excavator.pdfssuserc3ae65
 
EHS General Induction PT. Hyundai Elevator Indonesia rev.ppt
EHS General Induction PT. Hyundai Elevator Indonesia rev.pptEHS General Induction PT. Hyundai Elevator Indonesia rev.ppt
EHS General Induction PT. Hyundai Elevator Indonesia rev.ppthsegrogol
 
10. BEKERJA PADA DIKETINGGIAN.pdf
10. BEKERJA PADA DIKETINGGIAN.pdf10. BEKERJA PADA DIKETINGGIAN.pdf
10. BEKERJA PADA DIKETINGGIAN.pdfAfienEmonz
 
JSA Repair Tank.docx
JSA Repair Tank.docxJSA Repair Tank.docx
JSA Repair Tank.docxDickyMulia
 
Basic lifting rigging module 03
Basic lifting rigging module 03Basic lifting rigging module 03
Basic lifting rigging module 03dafit43424
 
201805-CPD Ahli K3 Konstruksi-12-06-Lifting Study-A2K4 Nasional.pdf
201805-CPD Ahli K3 Konstruksi-12-06-Lifting Study-A2K4 Nasional.pdf201805-CPD Ahli K3 Konstruksi-12-06-Lifting Study-A2K4 Nasional.pdf
201805-CPD Ahli K3 Konstruksi-12-06-Lifting Study-A2K4 Nasional.pdfdpdkOm
 

Ähnlich wie OPTIMALISASI PELATIHAN K3 (20)

GUIDELINES CLSR FOR DR rev DRW 021219.pptx
GUIDELINES CLSR FOR DR rev DRW 021219.pptxGUIDELINES CLSR FOR DR rev DRW 021219.pptx
GUIDELINES CLSR FOR DR rev DRW 021219.pptx
 
UK_1_Menerapkan_Kesehatan_dan_Keselamatan_Kerja_AWO_ok.pdf
UK_1_Menerapkan_Kesehatan_dan_Keselamatan_Kerja_AWO_ok.pdfUK_1_Menerapkan_Kesehatan_dan_Keselamatan_Kerja_AWO_ok.pdf
UK_1_Menerapkan_Kesehatan_dan_Keselamatan_Kerja_AWO_ok.pdf
 
laporan praktek acuan perancah
laporan praktek acuan perancahlaporan praktek acuan perancah
laporan praktek acuan perancah
 
Introduction to OHS-2.pptx
Introduction to OHS-2.pptxIntroduction to OHS-2.pptx
Introduction to OHS-2.pptx
 
Keselamatan kerja daihatsu training center
Keselamatan kerja daihatsu training centerKeselamatan kerja daihatsu training center
Keselamatan kerja daihatsu training center
 
Materi WISE to shopfloor (1).pdf
Materi WISE to shopfloor (1).pdfMateri WISE to shopfloor (1).pdf
Materi WISE to shopfloor (1).pdf
 
01. Work Habit.ppt
01. Work Habit.ppt01. Work Habit.ppt
01. Work Habit.ppt
 
terjemah buku chevron
terjemah buku chevronterjemah buku chevron
terjemah buku chevron
 
MOHD SAMSU ST_AHLI MUDA K3 KONTRUKSI.pptx
MOHD SAMSU ST_AHLI MUDA K3 KONTRUKSI.pptxMOHD SAMSU ST_AHLI MUDA K3 KONTRUKSI.pptx
MOHD SAMSU ST_AHLI MUDA K3 KONTRUKSI.pptx
 
Training APD.pptx
Training APD.pptxTraining APD.pptx
Training APD.pptx
 
SOP BENGKEL.docx
SOP BENGKEL.docxSOP BENGKEL.docx
SOP BENGKEL.docx
 
K3
K3K3
K3
 
Chapter 3 - OSHA
Chapter 3 - OSHAChapter 3 - OSHA
Chapter 3 - OSHA
 
(Excavator) JSA-Mengoperasikan-Excavator.pdf
(Excavator) JSA-Mengoperasikan-Excavator.pdf(Excavator) JSA-Mengoperasikan-Excavator.pdf
(Excavator) JSA-Mengoperasikan-Excavator.pdf
 
EHS General Induction PT. Hyundai Elevator Indonesia rev.ppt
EHS General Induction PT. Hyundai Elevator Indonesia rev.pptEHS General Induction PT. Hyundai Elevator Indonesia rev.ppt
EHS General Induction PT. Hyundai Elevator Indonesia rev.ppt
 
Bab 3
Bab 3Bab 3
Bab 3
 
10. BEKERJA PADA DIKETINGGIAN.pdf
10. BEKERJA PADA DIKETINGGIAN.pdf10. BEKERJA PADA DIKETINGGIAN.pdf
10. BEKERJA PADA DIKETINGGIAN.pdf
 
JSA Repair Tank.docx
JSA Repair Tank.docxJSA Repair Tank.docx
JSA Repair Tank.docx
 
Basic lifting rigging module 03
Basic lifting rigging module 03Basic lifting rigging module 03
Basic lifting rigging module 03
 
201805-CPD Ahli K3 Konstruksi-12-06-Lifting Study-A2K4 Nasional.pdf
201805-CPD Ahli K3 Konstruksi-12-06-Lifting Study-A2K4 Nasional.pdf201805-CPD Ahli K3 Konstruksi-12-06-Lifting Study-A2K4 Nasional.pdf
201805-CPD Ahli K3 Konstruksi-12-06-Lifting Study-A2K4 Nasional.pdf
 

Kürzlich hochgeladen

Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxjohan effendi
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 
KAMUS SOSIOLOGI LENGKAP.untuk sma umumdocx
KAMUS SOSIOLOGI LENGKAP.untuk sma umumdocxKAMUS SOSIOLOGI LENGKAP.untuk sma umumdocx
KAMUS SOSIOLOGI LENGKAP.untuk sma umumdocxjohan effendi
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxdonny761155
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............SenLord
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfEmeldaSpd
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 

Kürzlich hochgeladen (20)

Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docxKISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
KISI-KISI Soal PAS Geografi Kelas XII.docx
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 
KAMUS SOSIOLOGI LENGKAP.untuk sma umumdocx
KAMUS SOSIOLOGI LENGKAP.untuk sma umumdocxKAMUS SOSIOLOGI LENGKAP.untuk sma umumdocx
KAMUS SOSIOLOGI LENGKAP.untuk sma umumdocx
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptxAksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
Aksi Nyata PERENCANAAN BERBASIS DATA.pptx
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 

OPTIMALISASI PELATIHAN K3

  • 1.
  • 2.
  • 3. MUHAMMAD HADI Jalan Toa Alfalah No. 66 Rt.002/Rw.010 Kel. Harapan Jaya, Kec. Cibinong, Kab. Bogor Hp. 0856 9764 9137 -0812 8648 4431 Mail : - hadi@allsys-solutions.com / hadi_alc@yahoo.com - Facebook : alc.allsys@yahoo.com; IG : hadi.lc21 ALLSYS Head Office Gedung Balanta Budiprima Utan Kayu Raya 102 Lt. 2, Matraman, Jakarta Timur 13120 ALLSYS Operational Office Ruko Harapan Indah Blok AA-01 Kota Harapan Indah - Bekasi - Indonesia 17151 Telp. 021-88865924, 88865925 Fax. 021-88865923 ALLSYS LEARNING CENTER Cikopo Selatan 50, Gadog, Bogor, Jawa Barat
  • 4. BAYU SUGARA ALLSYS Head Office Gedung Balanta Budiprima Utan Kayu Raya 102 Lt. 2, Matraman, Jakarta Timur 13120 ALLSYS Operational Office Ruko Harapan Indah Blok AA-01 Kota Harapan Indah - Bekasi - Indonesia 17151 Telp. 021-88865924, 88865925 Fax. 021-88865923 ALLSYS LEARNING CENTER Cikopo Selatan 50, Gadog, Bogor, Jawa Barat
  • 5. Your trusted service in management solutions
  • 6. Pelatihan ini sesuai dengan UU No. 1 tentang Keselamatan kerja tahun 1970, UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 09 Tahun 2016 tentang K3 Pekerjaan Pada Ketinggian, dan. PT Allsys Solutions sebagai perusahaan Jasa K3 yang ditunjuk oleh Menakertrans-RI dan pemegang lisensi dari lembaga-lembaga training dalam peningkatan kompetensi tenaga kerja, membangun fasilitas pelatihan yang memadai dan melakukan pelatihan- pelatihan secara konsisten sesuai dengan standar yang ditetapkan. LATAR BELAKANG
  • 7. • Allsys Consulting (AC) • Allsys Training Center (ATC) • Allsys Leaning Center (ALC) • Allsys Public Training (APT) • Tempat Uji Kompetensi (TUK) • Allsys Indonesia (PT AI) • Allsys Crew Management (PT ACM) • Allsys Logistic (PT ALS) • International Management Practice (IMP) – PT IMP • World Management System - Certification (PT WMS) • Hotel Soen Puncak (WCW) • Mitrakon (PT WMK) Allsys Solutions Bussiness Divisions & Group Bisnis Divion Allsys Solutions
  • 8. Allsys Learning Center - ALC Pusat Pelatihan HSE di Kawasan Puncak Bogor untuk training Sertifikasi - Sertifikasi Bekerja di ketinggian - TI - Rigging - First aid - Scafolding - Confined Space, dll.
  • 9. SERTIFIKASI • Sertifikat Kompetensi* bekerja diketinggian (Working at Height) dari Menakertrans- RI • dan Allsys International Certified. *Setelah adanya penambahan pengetahuan, peningkatan kemampuan dan perubahan sikap k3 selama pelatihan. Maka, peserta akan dinyatakan lulus. *Peserta pelatihan yang dinyatakan kompeten dapat mengakses langsung sertifikat melalui internet.
  • 10.
  • 12. PERSYARATAN PESERTA - Mengisi formulir pendaftaran - Mengisi pernyataan - Surat Non Reacktif COVID-19 - Foto Copy KTP - Foto Copy Ijazah terakhir (min SD) - Berpakaian Rapih - Menggunakan Sepatu
  • 13. PERATURAN  Tidak mengganggu Jalannya pelatihan.  Tidak merokok didalam ruang maupun diarea pelatihan.  Tidak mengangkat telp pada saat didalam ruangan.  Tidak meninggalkan area pelatihan.
  • 14.  NAMA :  PERUSAHAAN :  TRAINING YG PERNAH DIIKUTI :  HARAPAN : PARTISIPAN
  • 16. TUJUAN MATERI IDENTIFIKASI DALAM KEGIATAN AKSES TALI  Mengetahui proses bekerja dengan akses tali  Memahami potensi bahaya bekerja dengan akses tali  Mampu membuat daftar bahaya resiko  Mampu membuat daftar pengendalian bahaya dan resiko
  • 17. “UPAYA UNTUK MENGETAHUI, MENCARI SERTA MENILAI APA YANG MENJADI POTENSI ATAU SUMBER BAHAYA YANG DAPAT MENYEBABKAN TERJADINYA KERUGIAN, KERUSAKAN, CIDERA BAHKAN DAPAT MENGAKIBATKAN KEMATIAN” IDENTIFIKASI BAHAYA (HAZARD IDENTIFICATION)
  • 18. “SEBUAH POTENSI BAHAYA YANG ADA DITEMPAT KERJA YANG TERJADI AKIBAT HILANGNYA KESEIMBANGAN ATAU TUMPUAN SAAT BERADA PADA POSISI DIKETINGGIAN” Resiko yang ditimbulkan dapat berupa cidera ringan bahkan Kematian BAHAYA JATUH
  • 19. BAHAYA JATUH Jatuh dari tempat tinggi  Jatuh dari tangga  Jatuh dari permukaan lantai kerja yang tinggi  Jatuh dari lantai kerja yang terbuka (lubang)  Jatuh dari struktur/bangunan yang tinggi Jatuh dari permukaan yang sama tinggi  Jatuh karena terpeleset  Jatuh akibat tersandung Tertimpa benda yang jatuh dari atas  Benda yang diletakkan pada tempat tidak aman  Tidak dilakukannya pengekangan atau pengikatan benda
  • 20. LOKASI POTENSI BAHAYA JATUH Kecelakaan terjatuh dapat terjadi :  saat tenaga kerja menuju tempat kerja  saat bekerja dan  meninggalkan tempat kerja Lokasi yang paling mungkin menyebabkan kecelakaan jatuh diantaramya:  Saat berada pada tangga atau struktur untuk akses menuju ketinggian  Saat berada pada lantai kerja/area kerja; jatuh akibat permukaan licin atau tersandung  Saat berada pada tali lintasan kerja dan keselamatan (jalur penambat); Tali terlepas dari angkur, tali putus akibat terkena sudut tajam, sabuk tubuh atau alat penahan jatuh tidak berfungsi karena rusak atau terlepas dari tali.
  • 21. 21 SUMBER POTENSI BAHAYA JATUH ☻ Orang  Melakukan kecerobohan, kelalaian, bekerja tidak sesuai SOP  Tidak memiliki keahlian dalam penggunaan sistem ☻ Sistem  Kegagalan sistem akibat kesalahan pemasangan dan penggunaannya  Tidak menggunakan peralatan dengan kesesuaian standar  Komponen alat dalam sistem yang gagal produksi  Menggunakan peralatan yang rusak dan kadaluarsa ☻ Lingkungan kerja  Orang lain berada diarea kerja yang dapat merugikan, struktur bangunan yang tidak menunjang atau terjadinya kebakaran dilingkungan kerja.
  • 22. 22 Sumber potensi bahaya jatuh ☻ Peralatan kerja  Menggunakan bahan/material dengan unsur api, kimia atau material tajam yang membahayakan sistem akses tali yang sedang digunakan serta perlakuan peralatan kerja yang tidak aman yang dapat menimbulkan bahaya terhadap orang lain seperti alat kerja jatuh dan menjatuhkan alat kerja. ☻ Alam  Adanya angin, hujan, gempa bumi, binatang yang dapat merugikan tenaga kerja
  • 23. 23 HIRARKI PENGENDALIAN RISIKO K3 ☻ Eliminasi Menghilangkan suatu bahan/tahapan proses berbahaya ☻ Substitusi  Mengganti bahan bentuk serbuk dengan bentuk pasta  Proses menyapu diganti dengan vakum  Bahan solvent diganti dengan bahan deterjen  Proses pengecatan spray diganti dengan pencelupan ☻ Rekayasa Teknik  Pemasangan alat pelindung mesin  Pemasangan general dan local ventilation  Pemasangan alat sensor otomatis
  • 24. 24 ☻ Pengendalian Administratif  Pemisahan lokasi  Pergantian shift kerja  Pembentukan sistem kerja  Pelatihan karyawan ☻ Alat Pelindung Diri  Helmet  Safety Shoes  Ear plug/muff  Safety goggles  Fullbody Harness Hirarki Pengendalian Risiko K3
  • 25. BAHAYA RESIKO DAN PENGENDALIANNYA Bahaya resiko Prosedur/Tindakan Aman Terjepit Kantrol saat pemasangan diatas Kepala Pekerja Tertimpa Kantrol dari atas  Menggunakan Sarung Tangan  Menggunakan helm keselamatan yang standart
  • 27. TUJUAN MATERI PENGETAHUAN KONDISI KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG (SUSPENSION INTOLERANCE)  Tenaga kerja memahami akibat dari kondisi ketidaktahanan saat tergantung  Dapat melakukan pencegahan dan mampu melakukan tindakan penyelamatan untuk diri sendiri
  • 28. Seorang pekerja pada ketinggian yang menggunakan sabuk tubuh akan mendapat gangguan kesehatan dalam penggunaannya saat jatuh atau tergantung pada sabuk tubuh tersebut. Hal ini disebabkan karena tubuh pekerja akan terhimpit/terjepit oleh sabuk tubuh tersebut sehingga aliran darah dalam tubuh terhambat dan dapat berakibat fatal. KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG
  • 29. PENYEBAB DAN AKIBAT KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG Dimana terjadinya penangguhan sementara yang menyebabkan berhentinya darah pada pembuluh darah besar atau utama disekitar pangkal paha. Sehingga mekanisme pemompaan darah menuju dan dari jantung terganggu dengan durasi yang lama.
  • 30.  Kulit Dingin, Lembab, Pucat  Mual / Muntah  Lemas  Pusing  Nafas dangkal dan tidak teratur  Denyut nadi Cepat (> 100 x / menit ) kemudian melemah, lambat dan hilang.  Kesadaran menurun bahkan dapat kehilangan kesadaran GEJALA – GEJALA KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG
  • 31. PENANGANAN KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG  Pemasangan sabuk tubuh tidak terlalu ketat/kencang  Menggerakkan kaki saat duduk tergantung pada sabuk tubuh untuk mengurangi resiko  Gunakan bantalan pada sabuk tubuh bagian paha untuk membantu penyebaran beban
  • 32. TINDAKAN PERTOLONGAN KETIDAKTAHANAN TERGANTUNG Salah satu cara tindakan pertolongan ketidaktahanan tergantung adalah dengan memberikan bantuan pijakan/platform untuk mengurangi tekanan atau himpitan sabuk tubuh, guna mengembalikan darah mengalir ke jantung. Strap Pijakan pada gambar hanya alat bantu sementara Ingat!!! Strap pijakan pada gambar tersebut TIDAK menghilangkan semua risiko ketidaktahanan tergantung, juga tidak menghilangkan kebutuhan untuk penyelamatan lanjutan.
  • 35. TUJUAN MATERI SIMPUL DAN ANGKUR DASAR  Tenaga kerja mampu menghitung faktor jatuh untuk dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan serta tenaga kerja dapat menghitung titik pemasangan peralatan dengan baik, benar dan aman sehingga resiko terjadinya cedera dapat di minimalisasi.
  • 36. FAKTOR JATUH Perkiraan nilai sebagai hasil dari evaluasi bahaya dan resiko yang terjadi pada keadaan tertentu disaat bekerja diketinggian (saat tenaga kerja terjatuh) • Dalam beberapa referensi (EN standar) bahwa batas maksimal tubuh manusia dapat menerima dampak kekuatan hentak adalah 6 KN atau sebesar ± 600 kgf dengan berat badan 80-100 kg. • Sedangkan untuk dampak kekuatan hentak 4 KN atau sebesar ± 400 kgf dengan berat badan 50-80 kg
  • 37. Fall Faktor Fall Factor (FF) = Panjang jarak posisi awal orang jatuh sampai posisi terakhir jatuh (Jarak Jatuh) Panjang tali yang menghubungkan orang dengan angkur (Panjang Lanyard) Secara teori mengitung faktor jatuh adalah panjang jarak posisi awal orang jatuh sampai posisi terakhir jatuh atau menggantung DIBAGI panjang tali pengait yang digunakan untuk penghubung orang jatuh dengan angkur
  • 39. Fall Factor 0 Peletakan pengait diatas Kepala Setelah Jatuh Sebelum Jatuh Angkur yang digunakan untuk mengkaitkan tali penghubung antara angkur dan sabuk tubuh berada diatas kepala tenaga kerja. Jarak jatuh menjadi pendek sehingga dampak kekuatan hentak yang diterima kecil.
  • 40. Setelah Jatuh Sebelum Jatuh Peletakan pengait sejajar bahu Fall Factor 1 Angkur yang digunakan untuk mengkaitkan tali penghubung antara angkur dan sabuk tubuh berada sejajar dengan titik jatuh pada sabuk tubuhtenaga kerja.
  • 41. Peletakan pengait sejajar kaki Setelah Jatuh Sebelum Jatuh Fall Factor 2 Angkur yang digunakan untuk mengkaitkan tali penghubung anatara angkur dan sabuk tubuh berada dibawah/diposisi kaki tenaga kerja. Dalam situasi seperti ini jika memungkinkan penggunaan faktor jatuh ini dihindari karena dampak dari hentakan yang akan diterima tenaga kerja akan besar
  • 42. Fall Factor 3 Dalam hal ini terjadi maka jarak jatuh melebihihi daripada panjangtali penghubung anatara angkur dan sabuk tubuh. Dampak dari hentakan yang akan diterima tenaga kerja akan SANGAT BESAR, maka jangan masuk pada situasi faktor jatuh 3 karena resiko kematian sangat mungkin terjadi dan perlu diingat bahwa seluruh peralatan penahan jatuh hanya dilakukan test pada faktor jatuh 2 Ep = M(kg) x H x G (M = Massa, H = Ketinggian jatuh, G = Gravitasi)
  • 43. CONTOH SOAL FALL FACTOR Seorang pekerja terjatuh dari platform yang tingginya 100 meter dari permukaan tanah tetapi pekerja tersebut terselamatkan oleh alat penahan jatuh yang disebut hook lanyard with absorber yang panjangya 180 cm karena pemakaiannya benar maka jarak jatuh pekerja tersebut secara bebas dan menggantung pada alat tersebut 180 cm - Hitung berapakah fall faktor yang dialami oleh pekerja tersebut sebelum absorber terbuka - hitung berapa fall faktor yang dialami oleh pekerja tersebut setelah peredam kejut (absorber) terbuka sepanjang 30 cm
  • 44. CONTOH SOAL FALL FACTOR Seorang pekerja terjatuh dari platform yang tingginya 100 meter dari permukaan tanah tetapi pekerja tersebut terselamatkan oleh alat penahan jatuh yang disebut hook lanyard with absorber yang panjangya 180 cm karena pemakaiannya benar di batas dada maka jarak jatuh pekerja tersebut secara bebas - Hitung berapakah fall faktor yang dialami oleh pekerja tersebut sebelum absorber terbuka - hitung berapa fall faktor yang dialami oleh pekerja tersebut setelah peredam kejut (absorber) terbuka sepanjang 30 cm
  • 45. CONTOH SOAL FALL FACTOR Seorang pekerja terjatuh dari platform yang tingginya 100 meter dari permukaan tanah tetapi pekerja tersebut terselamatkan oleh alat penahan jatuh yang disebut hook lanyard with absorber yang panjangya 180 cm karena pemakaiannya benar sejajar dengan kaki maka jarak jatuh pekerja tersebut secara bebas - Hitung berapakah fall faktor yang dialami oleh pekerja tersebut sebelum absorber terbuka - hitung berapa fall faktor yang dialami oleh pekerja tersebut setelah peredam kejut (absorber) terbuka sepanjang 30 cm
  • 46. Jarak Jatuh Bebas Jarak Jatuh Bebas Jumlah jarak vertikal dari pekerja mulai jatuh dengan tenaga gravitasi dan hanya ditahan oleh udara, mulai dari awalan jatuh hingga tertahan. Jarak bebas yang dibutuhkan Jarak yang diperlukan di bawah pekerja untuk mencegah benturan dengan tanah atau struktur.
  • 47. Jarak Jatuh bebas/Fall Distance Jarak Jatuh A = Panjang Tali Pengait B = perpanjangan Peredam C = Jarak antara dorsal dan kaki pekerja D = Jarak aman dari dasar A B C D FC/FD = A+B+C+D
  • 48. Hal yang perlu diperhatikan saat bekerja Di Ketinggian • Panjang Tali tubuh Maksimal 2 meter • Potensi jarak jatuh harus dikurangi. • Hindari benturan saat terjatuh • Hindari pemasangan pengaman pada faktor 2 Jatuh Aman/Fall Clearance
  • 49. Contoh, jarak aman jatuh menggunakan Lanyards absorber saat menahan beban jatuh, Jika pekerja menggunakan lanyards absorber dengan panjang 1,5 m (termasuk karabiner) dibutuhkan jarak aman ketinggian kerja 5,1 m dari permukaan lantai. SISTEM PENCEGAHAN JATUH
  • 50. CONTOH SOAL FALL CLEARENCE Hitung fall clearence seorang pekerja, jika diketahui panjang hook absorber lanyard pekerja 180 cm dicantolkan pada titik yang sudah benar, kemudian tinggi pekerja masing-masing disesuaikan dengan pekerja (diri sendiri), pada saat bekerja absorber pekerja tersebut terbuka 40 cm, berapa jarak aman jatuh pekerja tersebut jika jarak jatuh dari kaki pekerja ke tanah 100 cm?
  • 51.
  • 52.
  • 53. TUJUAN MATERI SIMPUL DAN ANGKUR DASAR  Memberikan keterampilan dalam membuat simpul yang benar dan aman pada sistem akses tali  Memberikan pemahaman fungsi dari simpul  Memberikan pemahaman penggunaan angkur  Memberikan keterampilan dalam pemasangan angkur pada sistem akses tali
  • 54. • Simpul Tali merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pekerjaan di atas ketinggian. Maka didalam pekerjaan ketinggian kita harus mengetahui jenis-jenis simpul yang bisa kita gunakan. • Penggunaan simpul juga dapat menjadi indikator berkurangnya kekuatan dari tali yang kita gunakan. • Pastikan setiap pembuatan simpul selalu diberikan tali lebih minimal 10 cm. Jika tali diikatkan pada simpul penahan yang berada dibawah penambat dapat dibuat minimal 30 cm. SIMPUL TALI
  • 55. KRITERIA SIMPUL YANG BAIK 1. Simpul mudah untuk dibuat dan serbaguna. 2. Simpul mudah dilihat lilitanan-nya 3. Lilitan pada simpul tidak bergerak dan bergeser saat dibebani. 4. Simpul mudah diurai atau dilepas setelah digunakan. 5. Simpul yang digunakan dapat mengurangi kekuatan tali seminimal mungkin. 6. Aman
  • 56. SIMPUL DASAR Berdasarkan penempatan dalam penggunaan-nya simpul terbagi menjadi 2 (dua) : 1. Simpul ujung tali 2. Simpul tengah tali Simpul ujung tali diantaranya : 1. Simpul penghenti 2. Simpul delapan 3. Simpul sembilan 4. Simpul delapan lingkar ganda 5. Simpul pita 6. Simpul Jerat Simpul tengah tali diantaranya : 1. Simpul kupu-kupu 2. Simpul pangkal 3. Simpul tambat 4. Simpul rantai
  • 57. • SIMPUL DELAPAN (Eight Knot) Untuk simpul tengah tali/loop, untuk menghubungkan tali pada angkur, orang atau alat melalui konektor . SIMPUL UJUNG TALI Kekuatan tali yang tersisa setelah disimpul 66% - 77%
  • 58. • SIMPUL SEMBILAN (Figure Of Nine Knot) Untuk simpul sembilan berfungsi untuk menghubungkan tali pada angkur, orang atau alat melalui konektor SIMPUL UJUNG TALI Kekuatan tali yang tersisa setelah disimpul 66% - 84%
  • 59. • SIMPUL DELAPAN LINGKAR GANDA Untuk simpul delapan lingkar ganda, untuk menghubungkan tali pada 2 (dua) angkur dengan pembebanan yang sama besar antar lingkar dengan jarak antar angkur relatif dekat. Tali dihubungkan dengan konektor SIMPUL UJUNG TALI Kekuatan tali yang tersisa setelah disimpul 66% - 82%
  • 60. • SIMPUL PENGHENTI (STOPER KNOT) Simpul ini digunakan untuk mengunci bagian bawah atau sisa ujung pada tali. Simpul penghenti SIMPUL UJUNG TALI
  • 61. • KUPU-KUPU ALPIN (Alpine Butterfly) Untuk menghubungkan pertengahan tali pada angkur, dapat juga digunakan bersamaan dengan simpul delapan dengan jarak relatif jauh SIMPUL TENGAH TALI Kekuatan tali yang tersisa setelah disimpul 61% - 77%
  • 62. • SIMPUL TAMBAT/JANGKAR (Cow Hitch) Simpul ini untuk menarik benda, dibuat minimal 5. Bisa juga untuk penambatan pada webing, Simpul Tambat (Timber Hitch Knot) SIMPUL TENGAH TALI
  • 63. • SIMPUL PANGKAL (Clove Hitch) Untuk mengikat tali pada tiang atau dapat digunakan untuk mengangkat beban. Clove Hitch (Simpul Pangkal) SIMPUL TENGAH TALI
  • 64. • SIMPUL RANTAI Gunanya memperpendek tali, juga berfungsi saat penyimpanan tali agar tidak kusut. SIMPUL TENGAH TALI
  • 65. • SIMPUL JERAT (Two Halp Hitch Knot) Untuk mengikat tali pada pangkal kayu atau menambatkan dalam waktu lama. Two Halp Hitch Knot SIMPUL UJUNG TALI
  • 66. • SIMPUL PITA (Tape Knot/Water Knot) Simpul ini untuk menyambung dua ujung webing atau tali pipih. SIMPUL UJUNG TALI
  • 67. Delapan Tunggal/Simpul Penghenti Delapan Ganda (Figur eight Knot) Simpul Sembilan (nine Knot) Simpul Pangkal (Clove Hitch) Simpul Tambat/Jangkar Simpul Kupu-kupu (Buterfly Knot) Simpul Jerat Simpul Delapan Lingkar Ganda (Bunny Knot) Simpul Rantai
  • 68.
  • 69. Angkur merupakan komponen utama dalam sistem akses tali yang akan digunakan untuk pemasangan jalur turun dan naiknya tenaga kerja ke tempat kerja. Pemasangan angkur harus benar-benar diperhatikan sehingga dapat digunakan dan mampu menahan beban Sesuai dengan peraturan menteri nomor 09 tahun 2016 pasal 28 ayat 2 sistem penambat harus mampu menahan beban minimal 15 KN pemasangan angkur adalah tindakan pertama sebelum bekerja dengan akses tali. Titik pemasangan anngkur harus disesuaikan dengan karakter angkur yang akan digunakan ANGKUR (SISTEM PENAMBAT)
  • 70. KETERANGAN EN ANZI AS/NZS Dampak mak. pada tubuh (Max. Force on Body) 6 kN 8 kN 6 kN Penyebaran syok (Shock absorption) 6 kN 4 kN 6 kN Penyebaran syok (Shock deployment) 1.75 m 1.1 m 1.75 m Kekuatan angkur (Anchor strength) 10 kN 22.2 kN 15 kN Jatuh bebas (Free Fall) 4 m 1.8 m 2 m PERBANDINGAN STANDAR EN : Europa National ANSI : American National Standards Institute AS/NZS : Australia Standar/New Zealand Standar
  • 71. Angkur dibagi menjadi 2 (dua) yaitu : • Angkur permanen  Dilakukkan pemeriksaan dan pengujian pertama  Memiliki akte pemeriksaan dan pengujian  Dilakukan pemeriksaan dan pengujian secara berkala paling sedikit 1 (satu) kali dalam 2 (dua) tahun • Angkur tidak permanen Digunakan saat angkur permanen tidak tersedia dan angkur harus diperiksa serta dipastikan kekuatannya. ANGKUR (SISTEM PENAMBAT)
  • 72. BENTUK ANGKUR ATAU PATOK TAMBAT PERMANEN
  • 73. BENTUK ANGKUR ATAU PATOK TAMBAT TIDAK PERMANEN
  • 74. PELINDUNG TALI DAN PENAMBAT
  • 75. Dasar Sudut ideal Sudut baik Sudut kritis PENGUNAAN SUDUT (BASIC ANCHOR)
  • 76. DIAGRAM SUDUT (VECTOR FORCE CHART) Besaran Sudut “Y” (derajat) = Beban yang ditahan oleh titik penambat (Kg)
  • 77.  Tali lintasan yang dibuat harus tertambat minimal pada 2 (dua) angkur.  Tiap angkur yang dibuat harus menerima beban yang sama/seimbang  Perhatikan besaran sudut yang digunakan karena akan mempengaruhi beban yang akan diterima PEMASANGAN TALI LINTASAN PADA ANGKUR
  • 78. • Penambat ini dibuat seperti huruf “Y” yang menghubungkan 2 (dua) titik penambat menjadi satu. • Pemasangan penambat tersebut harus membentuk sebuah sudut dan dapat men-distribusikan beban secara merata (pasal 28 ayat 3) • Dalam pemasangannya simpul yang digunakan menggunakan simpul delapan lingkar ganda (Bunny Knot) • Penggunaan sudut angkor diharapkan dapat memenuhi sudut yang baik yaitu 90 derajat atau kurang. • Jika dalam implementasinya tidak didapatkan sudut yang baik dapat digunakan sudut 120 derajat. PEMASANGAN TALI LINTASAN PADA ANGKUR
  • 79. Yang harus diperhatikan sebelum memasang atau menggunakan angkur  Periksa angkur yang terpasang dengan seksama pastikan tidak terdapat kerusakan material pada angkur berbahan logam seperti karat, korosi, aus dan sobek atau benang jahitan yang putus pada material tekstil.  Pastikan angkur yang terpasang masih dalam batas waktu aman pakai  Angkur dipasang pada struktur/tiang utama bangunan bukan pada struktur penunjang seperti dinding, pagar pembatas atau tiang penyangga  Tidak terdapat retakan pada struktur utama (material beton/concrete) yang digunakan untuk pemasangan angkur  Jika harus menggunakan sling penambat (anchor strap) pastikan tidak terdapat sudut tajam dan jika terdapat sudut tajam dan harus dipasang sling penambat WAJIB menggunakan pelindung sudut tajam.  Pastikan jarak antar angkur tidak terlalu dekat karena akan mebuat retak struktur conkrit.
  • 80. PEMILIHAN, PEMERIKSAAN DAN PEMAKAIAN PERALATAN AKSES TALI
  • 81. AKSES TALI Akses Tali (Rope Access) merupakan 2 (dua) rangkaian sistem yang dirancang dengan menggunakan Tali sebagai alat untuk tumpuan kerja dan tumpuan pengaman.
  • 82. Pemasangan alat-alat kerja dengan Akses tali harus diperhatikan dengan baik, antara lain yang perlu diperhatikan : • Dapat digunakan sebagai akses naik dan turun pekerja • Dapat digunakan sebagai akses menaikkan dan menurunkan barang. • Aman untuk dilewati oleh semua tim • Tidak terjadi gesekan dan merusak peralatan • Siap untuk keadaan Emergency AKSES TALI
  • 83. ALAT PELINDUNG DIRI (APD) ALAT PENAHAN JATUH PERORANGAN (APJP)
  • 85. PEMILIHAN PERALATAN WAJIB ALAT PELINDUNG DIRI STRUKTUR AKSES 1. Fullbody Harness 2. Absorber Lanyard 3. Working Positioning Lanyard/Tali Pemosisi Kerja 4. Carabinner Oval / cincin kait 5. Helm / helmet 6. Glove / sarung tangan
  • 86. PEMILIHAN PERALATAN WAJIB ALAT PELINDUNG DIRI ROPE ACCESS 1. Fullbody Harness 2. Descender / alat turun 3. Hand Ascender / alat naik 4. Mobile Fall Arrester/Back-up Devices / pengaman tambahan 5. Chest Ascenders / alat naik di dada 6. Attachment Cow's Tills / lanyard 7. Carabinner Oval / cincin kait 8. Helm / helmet 9. Glove / sarung tangan 10. Tali Kernmantle rope static / tali static
  • 88. PELINDUNG KEPALA • Memiliki chinstrap berbentuk V atau Y sehingga tidak memudahkan terlepas dari kepala dan dapat disesuaikan. • Dapat juga dipasangkan tambahan PPE seperti senter, pelindung wajah, pelindung telinga • Isolasi Kelistrikan • Tidak adanya halangan pandangan
  • 89. PELINDUNG MATA • Lensa anti kabut • Dilengkapi pelindung bagian atas • Dilengkapi dengan eyewear lanyard Pelindung mata merupakan bagian penting dari alat pelindung diri dan harus digunakan jika keadaan mengharuskan seperti pada aktivitas penyambungan, saat memasang konektor kabel, memotong, menggerinda dan tekena paparan bahan kimia. Begitu juga ketika bekerja diketinggian terdapat resiko cidera pada mata, seperti terkena serpihan partikel-partikel cat, juga bahaya ultra violet.
  • 90. PELINDUNG TANGAN Pelindung tangan harus memiliki kualitas yang baik dan didesain agar pemakai tetap dapat merasakan objek yang dipegang. Sarung tangan juga digunakan sebagai perlindungan pada aktivitas mekanik, pekerjaan distribusi, penanganan material, pekerjaan kelistrikan, dan juga sebagai perlindungan terhadap permukaan yang tajam. Oleh karena itu jenis sarung tangan tergantung dari jenis pekerjaannya.
  • 91. SAFETY SHOES (Pelindung Kaki) • Terbuat dari bahan yang nyaman dipakai. • Anti-static dan resistansi terhadap bahan kimia atau minyak. • Penyangga yang tinggi untuk melindungi urat achilles dan tulang ankle Sepatu Keselamatan lebih dari sekedar bot atau sepatu dengan pelindung jari kaki dari baja. Sangatlah penting sistem perlindungan yang memadai terpenuhi sehingga pekerja mendapat perlindungan yang optimal. Sepatu Keselamatan harus memberikan perlindungan dari bahaya seperti benda jatuh, terpeleset, panas, sengatan listrik, benda tajam. Sepatu Keselamatan harus memenuhi syarat dibawah ini: Sepatu (safety shoes / protective footwear) dengan konstruksi yang kuat dan terdapat pelindung jari kaki dari logam (steel toe cap), nyaman dipakai, dan mampu melindungi dari air/basah.
  • 92. FULL BODY HARNESS (Alat Pelindung Tubuh) Lateral Sternal Dorsal Ventral Full body harness harus nyaman dipakai dan tidak mengganggu gerak pada saat bekerja, mudah di setel untuk menyesuaikan ukuran.
  • 93.  Ada banyak desain Full Body Harness dan perlengkapannya, setiap harness dan perlengkapannya yang memenuhi persyaratan standard dibawah ini (atau yang sepadan).  Terdapat 2 ring D untuk keamanan depan, 1 untuk keamanan belakang, 2 ring D terdapat samping kiri dan kanan, fleksibel posisi belt, fleksibel strap pundak dan paha, fleksible strap dada, bantalan pinggang belakang, tempat asesoris.  Posisi D ring yang ergonomi. FULL BODY HARNESS (Alat Pelindung Tubuh)
  • 94. ALAT PENAIK (ASCENDER) Suatu alat bantu untuk naik yang dipasang pada tali digunakan untuk teknik naik dan digunakan pada jalur kerja Cara kerja alat ini adalah ketika beban bertumpu pada ascender, maka tali akan terjepit dan ketika beban tidak bertumpu pada ascender maka akan mudah digerakan ke atas. Alat ini memiliki penjepit (camp) yang berbentuk paku-paku tajam yang mencengkram tali. Hand Ascender Chest Ascender
  • 95. ALAT PENURUN (DESCENDER) Alat bantu yang dipasang pada tali digunakan untuk teknik turun dan alat ini digunakan pada jalur kerja. Cara kerja alat ini adalah ketika beban bertumpu pada descender, maka alat tersebut akan mengunci secara otomatis. Sedangkan tuas yang ada merupakan penggerak untuk mengurangi jepitan pada tali sehingga pekerja dapat mengendalikan laju turun. Alat ini juga dapat digunakan sebagai alat penahan (belay) pada saat menggunakan metode terpandu
  • 96. Sebagai alat penahan jatuh pada tali pengaman (safety line) saat gerak naik atau gerak turun melalui tali, rope acces. PENAHAN JATUH BERGERAK (MOBILE FALL ARESTER)  Dalam penggunaan alat ini tali yang terhubung tidak boleh memuntir.  Setiap alat tersebut memiliki diameter yang berbeda
  • 98. TUJUAN MATERI TEKNIK MANUVER PERGERAKAN PADA TALI  Memberikan keterampilan dalam melakukan pergerakan dengan aman dan efektif pada penggunaan sistem akses tali yang memanfaatkan 2 (dua) tali yang berfungsi sebagai tali kerja untuk pekerja melakukan naik dan turun menuju tempat kerja serta tali keselamatan yang difungsikan sebagai tali pengaman saat tenaga kerja terlepas dari tali kerja baik terdapat halangan maupun tanpa halangan
  • 99. Dalam suatu pekerjaan di ketinggian banyak persoalan – persoalan yang perlu dikendalikan bahaya dan resikonya. Salah satunya mengenai tempat lokasi bekerja yang sulit dijangkau dengan akses yang ada. Sehingga mengharuskan menggunakan akses tali, cara ini mungkin sebagai solusi jika cara yang lain tidak dapat terpenuhi. Didalam pelaksanaan-nya perlu adanya berbagai manuver atau tindakan pergerakan yang membutuhkan tingkat kehandalan untuk menyelesaikannya. Sehingga dalam pelatihan ini Tenaga Kerja Tingkat 1 (satu) harus menguasai teknik manuver dengan baik dan benar. PENDAHULUAN
  • 100. Banyak hal yang sering lalai dalam pemasangan APD (alat pelindung diri) maupun APJP (alat pelindung jatuh perorangan) seperti : 1. Sabuk tubuh yang longgar 2. Penggunaan tali penghubung yang terlalu panjang/pendek 3. Penempat alat turun tidak pada D ring yang disarankan 4. Cincin kait yang tidak terkunci Untuk menghidari hal-hal yang dapat menimbulkan bahaya dan resiko maka harus dilakukan pengecekan (buddy checking) yang dilakukan oleh rekan kerja atau orang yang ada disite kita sebelum mulai pekerjaan atau bergerak pada tali. Pemakaian dan pemeriksaan perlengkapan
  • 101. Perlengkapan perorangan serta penempatan alat pada akses tali 1. Sabuk tubuh/fullbody harnes 2. Penahan jatuh bergerak (mobile fall arrester) 3. Alat penurun (descender) 4. Alat penaik dada (chest ascender) 5. Alat penaik tangan (hand ascender) 6. Pijakan kaki (foot loop) 7. Tali pengait penahan jatuh 8. Tali pengait penahan beban 9. Tali pengait pendek untuk koneksi korban 10. Pelindung kepala/helm 11. Pelindung tangan/sarung tangan
  • 102. PERGERAKAN PADA TALI 1. Menaik pada tali (Ascending) 2. Menurun pada tali (Descending) 3. Berganti arah (Changeover) 4. Melewati simpul pertengahan tali (Mid-Rope Knots) 5. Melewati deviasi penambat tunggal (singgle anchor Deviation) 6. Melewati penambat ulang (Re-Anchor/Re-Belay) 7. Menaik pada tali menggunakan alat penurun 8. Menurun pada tali menggunakan alat penaik 9. Melewati halangan tepian (Edge Obstructions) 10. Melewati pelindung pertengahan tali (Passing Mid Rope) 11. Berpindah antar tali (Rope to Rope Transfer) 12. Penggunaan Bangku Kerja (Works Seat)
  • 103. Menaik Pada Tali (Ascending) Merupakan teknik naik dengan menggunakan alat penaik pada tali. Penggunaan teknik ini tenaga kerja harus dapat menggerakkan alat tersebut dengan mengangkat tubuh untuk bergerak. Hal yang perlu diperhatikan :  Penggunaan alat harus benar dan tepat  Perhatikan arah alur tali dalam pemasangannya  Peralatan juga dapat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi saat bekerja.  Pastikan sebelum bergerak semua “gate” sudah terkunci dan terkoneksi dengan baik.
  • 104. Menurun Pada Tali (Descending) Merupakan teknik turun dengan menggunakan alat penurun pada tali. Penggunaan teknik ini tenaga kerja harus dapat mengendalikan kecepatan laju turun pada alat tersebut. Hal yang perlu diperhatikan :  Penggunaan alat harus benar dan tepat  Perhatikan arah alur tali dalam pemasangannya  perlatan juga dapat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi saat bekerja.  Pastikan sebelum bergerak semua “gate” sudah terkunci dan terkoneksi dengan baik.
  • 105. Melewati Deviasi Penambat Tunggal (Singgle Anchor Deviation) Merupakan teknik turun dan naik, keatas atau kebawah. Biasanya metode ini digunakan hanya pada jarak kerja yang pendek atau pada saat akan memposisikan kerja. Jika dalam jarak kerja yang jauh maka tidak direkomendasikan karena banyak membuang energi, sistem ini juga harus dilakukan pada tali yang bebas sehingga tidak terjadi puntiran antara tali kerja dan pengaman.
  • 106. Melewati lintasan ulang (Re-Belay) Merupakan perpaduan teknik perpindahan tali dengan teknik naik dan turun, saat melakukan perpindahan beban pada lintasan pertama ke lintasan berikutnya. Teknik ini biasanya digunakan tenaga kerja untuk menghindari pendulum/efek ayun yang membahayakan.
  • 107. Teknik ini merupakan penggabungan antara teknik naik dan teknik turun dengan pergerakan berpindah pada antar akses pada tali (rope to rope transfer). Hal ini merupakan perpindahan beban dari dari pertama ke tali kedua untuk mengurangi efek bayun/pendulum yang dapat membahayakan tenaga kerja saat berpindah. Perpindahan Antar Tali (rope to rope transfer)
  • 108. Menaik Pada Tali Menggunakan Alat Penurun Merupakan teknik turun dan naik, keatas atau kebawah. Biasanya metode ini digunakan hanya pada jarak kerja yang pendek atau pada saat akan memposisikan kerja. Jika dalam jarak kerja yang jauh (naik) maka tidak direkomendasikan karena banyak membuang energi, sistem ini juga harus dilakukan pada tali yang bebas sehingga tidak terjadi puntiran antara tali kerja dan pengaman.
  • 109. Menurun Pada Tali Menggunakan Alat Penaik Merupakan teknik turun dan naik, keatas atau kebawah. Biasanya metode ini digunakan hanya pada jarak kerja yang pendek atau pada saat akan memposisikan kerja. Jika dalam jarak kerja yang jauh (turun) maka maka sistem ini sangat tidak direkomendasikan sistem ini juga harus dilakukan pada tali yang bebas sehingga tidak terjadi puntiran antara tali kerja dan pengaman.
  • 110. Bentuk lintasan tali pada sistem akses tali Lintasan tanpa halangan Lintasan dengan halangan
  • 111. Alat ini merupakan bagian dari alat bantu kerja untuk mendapatkan kenyamanan tenaga kerja saat bergelantung menyelesaikan pekerjaan diketinggian dengan akses tali dalam waktu yang lama. Tapi demikian alat ini bukanlah alat utama yang dijadikan alat pelindung diri yang digunakan. PENGGUNAAN BANGKU KERJA (WORKS SEAT)
  • 113. TUJUAN MATERI IDENTIFIKASI DALAM KEGIATAN AKSES TALI  Memberikan keterampilan memanjat pada struktur dengan benar serta terampil dalam penggunaan alat perlindungan jatuh perorangan berupa tali pengait ganda dengan peredam kejut (absorber lanyard) dan tali pengait pemosisi kerja (work positioning)
  • 114. Pekerjaan menggunakan metode akses tali juga masih menggunakan metode perlindungan jatuh perorangan (fall protection) hal ini dilakukan untuk mencapai akses menuju dan keluar dari tempat kerja. Suatu aktivitas pekerjaan pada ketinggian hendaknya dapat di analisa terlebih dahulu mengenai teknik yang tepat saat bekerja, alat yang digunakan, menilai resiko hingga perencanaan penyelamatan jika terjadi kecelakaan kerja. Dalam hal ini pemanjatan pada struktur meliputi : 1. Pemanjatan menggunakan Lanyard penahan jatuh (Fall Arrest Lanyard) 2. Pemanjatan horizontal dengan bantuan (Horizontal Aid Climbing) PENDAHULUAN
  • 115. GERAKAN DASAR MEMANJAT Untuk dapat bergerak seimbang saat memanjat struktur dapat menggunakan teori 3 (tiga) titik kontak (3 point contact) :  Pertama 2 (dua) lengan dan 1 (satu) kaki  Kedua 2 (dua) kaki dan 1 (satu) lengan 1 (satu) lengan atau kaki bergerak mencari tumpuan sehingga memanjat pada struktur senantiasa seimbang
  • 116. Dalam pemanjatan struktur terdapat pergerakan dengan bergerak horizontal dan vertikal yang merupakan pergerakan atau aktifitas pekerja saat bekerja pada bangunan tinggi. Dalam hal ini bergerak horizontal dan vertikal menggunakan struktur bangunan dapat dilakukan dengan beberpa teknik, tergantung pada kondisi tempat kerja, serta perangkat yang tersedia. Pergerakan tersebut dapat dilakukan dengan bergerak sebagai berikut : 1. Menggunakan Perangkat penahan jatuh perorangan Vertical 2. Menggunakan Perangkat penahan jatuh perorangan horizontal 3. Menggunakan alat penahan jatuh perorangan dengan tali pengait ganda dengan peredam kejut 4. Menggunakan perangkat penahan jatuh perorangan dengan pemanjatan terpandu (lead climbing) 5. Menggunakan perangkat penahan jatuh perorangan dengan tarik ulur otomatis
  • 117. Penggunaan perangkat tali pengait ganda dengan peredam kejut (absorber lanyard) merupakan perangkat sangat sederhana dalam pengoperasiannya dimana alat ini dihubungkan pada titik hubung (D ring) yang terletak didada atau punggung pada sabuk tubuh untuk ke struktur atau pada struktur guna menahan jatuh tenaga kerja saat pemanjatan struktur. Untuk memulai pekerjaan dapat menggunakan tali pengait untuk posisi kerja dimana tali pengait dilingkarkan atau dikaitkan pada struktur dan dihubungkan ke titik hubung pada D ring pinggang. Penggunaan hook harus selalu dipasang diatas kepala (fall factor 0) SISTEM PERLINDUNGAN JATUH PERORANGAN PADA PEMANJATAN STRUKTUR
  • 118. PEMANJATAN MENGGUNAKAN LANYARD PENAHAN JATUH (FALL ARREST LANYARD) Pergerakan pada struktur menuju tempat kerja Pemosisian kerja dengan sabuk pengait
  • 119. BERGERAK VERTIKAL ATAU HORIZONTAL Teknik bergerak menggunakan alat penahan jatuh perorangan dengan tali ganda dan peredam kejut (APJP) 1. Pengait harus ditambatkan lebih tinggi dari kepala atau ditambatkan pada ketinggian sejajar titik jatuh pada sabuk pengaman tubuh. 2. Kedua tali pengait tidak ditambatkan pada struktur yang sama. 3. Pengait tidak ditambatkan pada struktur yang dapat menambah jarak jatuh. 4. Pengait ditambatkan secara bergantian ketika bergerak, dan 5. Sling angkur dapat dipergunakan apabila pengait tidak cukup lebar untuk dikaitkan langsung ke struktur.
  • 120. Dalam hal ini yang harus dipastikan : a. Mampu menahan beban jatuh sejumlah pekerja yang terhubung, b. Jarak bentangan antara titik angkur tidak boleh lebih dari 30 (tiga puluh) meter BERGERAK VERTIKAL ATAU HORIZONTAL Teknik bergerak horizontal menggunakan perangkat penahan jatuh perorangan
  • 121. BERGERAK VERTIKAL ATAU HORIZONTAL Teknik bergerak menggunakan alat penahan jatuh perorangan vertikal 1. Pastikan angkur terpasang dengan standar. 2. Pastikan alat penahan jatuh berjalan berfungsi dengan baik. 3. Lintasan (tali nylon maupun wire rope) terpasang sesuai standar. 4. Pastikan alat penahan jatuh berjalan terpasang pada titik jatuh dari sabuk pengaman. 5. Sudut deviasi maksimum dari garis lurus vertikal tidak boleh lebih dari 15 (lima belas) derajat atau disesuaikan dengan produk dari alat tersebut. 6. Setiap perangkat hanya digunakan oleh seorang tenaga kerja.
  • 122. BERGERAK VERTIKAL ATAU HORIZONTAL Teknik bergerak menggunakan perangkat penahan jatuh dengan tali pandu rintisan (lead climbing) 1. Sling angkur harus cukup kuat menahan beban jatuh. 2. Posisi sling angkur pertama harus dipasangkan lebih tinggi dari pemanjat. 3. Jarak angkur berikutnya dipasangkan tidak lebih dari 2 (dua) meter. 4. Posisi sling angkur terakhir harus diusahakan dipasangkan pada posisi lebih tinggi dari kepala atau sejajar dengan titik jatuh pada sabuk pengaman tubuh. 5. Tali keselamatan harus memiliki daya lentur tinggi (dynamic rope). 6. Tali keselamatan terhubung dengan alat pemegang tali yang dapat mencengkram secara otomatis apabila terbebani. 7. Alat pemegang tali keselamatan terhubung langsung ke angkur atau pemandu yang mampu menahan beban jatuh. 8. Alat pemegang tali keselamatan dioperasikan oleh pemandu (belayer) yang mengatur jarak jatuh seminimal mungkin tetapi masih cukup nyaman untuk bergerak, idealnya alat belay terhubung langsung ke struktur. 9. Komunikasi antara pemanjat dan pemandu harus terus terjalin.
  • 123. BERGERAK VERTIKAL ATAU HORIZONTAL Teknik bergerak menggunakan perangkat penahan jatuh dengan tali pandu top rope 1. Sling angkur harus cukup kuat menahan beban jatuh. 2. Jarak angkur berikutnya dipasangkan tidak lebih dari 2 (dua) meter. 3. Pastikan ikatan pada pamanjat terpasang pada titik jatuh dari sabuk pengaman. 4. Tali keselamatan terhubung dengan alat pemegang tali yang dapat mencengkram secara otomatis apabila terbebani. 5. Alat pemegang tali keselamatan terhubung langsung ke angkur atau pemandu yang mampu menahan beban jatuh. 6. Alat pemegang tali keselamatan dioperasikan oleh pemandu (belayer) yang mengatur jarak jatuh seminimal mungkin tetapi masih cukup nyaman untuk bergerak, idealnya alat belay terhubung langsung ke struktur. 7. Komunikasi antara pemanjat dan pemandu harus terus terjalin
  • 124. BERGERAK VERTIKAL ATAU HORIZONTAL Teknik bergerak dengan menggunakan perangkat penahan jatuh dengan tali ulur tarik otomatis (retractable lanyard) 1. Pastikan alat terpasang pada angkur yang terpasang dengan standar. 2. Pastikan alat penahan jatuh berjalan berfungsi dengan baik. 3. Pastikan alat penahan jatuh berjalan terpasang pada titik jatuh dari sabuk pengaman. 4. Sudut deviasi maksimum dari garis lurus vertikal tidak boleh lebih dari 15 (lima belas) derajat atau disesuaikan dengan produk dari alat tersebut. 5. Setiap perangkat hanya digunakan oleh seorang tenaga kerja. 6. Harus mempunyai sistem pengunci otomatis yang membatasi jarak jatuh maksimal 0,6 (nol koma enam) meter.
  • 125. Pada saat bekerja diketinggian baik pada lantai kerja tetap maupun lantai kerja sementara ada saatnya mengharuskan pekerja bekerja pada bidang miring atau struktur miring sehingga perlu diperhatikan keselamatan dan kenyamanan saat bekerja. Untuk mengurangi resiko jatuh dan bekerja dapat bekerja dengan nyaman. Pemosisi kerja dapat menggunakan tali pemosisi kerja tunggal dan tali ganda dan dipasang pada ring depan dada dan ring pinggang kanan dan kiri TEKNIK BEKERJA AMAN PADA POSISI MIRING ATAU STRUKTUR MIRING
  • 126. PEMANJATAN HORIZONTAL DENGAN BANTUAN (HORIZONTAL AID CLIMBING) Teknik pergerakan horizontal ini merupakan teknik menuju lokasi kerja dengan cara menggantung menggunakan lanyard yang dikaitkan pada penambat maupun angkur. Dalam pelaksanaan-nya teknik ini menggunakan tangga tali guna bertumpu untuk melakukan perpindahan. Setiap melakukan perpindahan pastikan selalu tersedia 2 (dua) titik point pengaman yang masih mengikat
  • 128. PERSYARATAN K3 BEKERJA PADA KETINGGIAN Sesuai dengan permen 09/2016 Pasal 3, wajib memenuhi persyaratan K3 : • Perencanaan • Prosedur Kerja • Teknik bekerja aman • APD, Perangkat pelindung jatuh dan Angkur • Tenaga Kerja
  • 129. IZIN KERJA (WORK PERMIT) Izin Kerja diperlukan khusus untuk pekerjaan non- rutin yang mengandung bahaya/risiko tinggi. Tujuan dari izin kerja ialah untuk memantau seluruh potensi bahaya dari area/situasi/aktivitas operasional di tempat kerja serta untuk memastikan segala area/situasi/aktivitas pekerjaan berbahaya/berisiko tinggi sudah terdapat pengendalian sehingga aman untuk dilangsungkan perkerjaan bersangkutan.
  • 130.  Memasuki ruang terbatas Bekerja di ketinggian  Melakukan kegiatan perbaikan, pemeliharaan, atau pemeriksaan instalasi listrik  Terdapat potensi suhu ekstrem atau tekanan tinggi  Pekerjaan dilaksanakan oleh kontraktor  Mengoperasikan alat berat  Melakukan kegiatan perbaikan atau pemeliharaan peralatan atau di lokasi yang mengandung bahan atau kondisi berbahaya KAPAN IZIN KERJA DIPERLUKAN
  • 133. IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RISIKO DAN PENGENDALIANNYA (IBPR) C.
  • 134. KESIAPSIGAAN DAN RENCANA TANGGAP DARURAT D.

Hinweis der Redaktion

  1. Sumber: www.SafetySign.co.id